Archive for Juni 2014
Wanita, Kau Begitu Berharga
Di zaman sebelum diutusnya Nabi Muhammad ke bumi Arab, manusia pada saat
itu berada di masa kejahiliyahan. Kebanyakan dari mereka adalah budak
hawa nafsu. Mereka menghormati para raja dan petinggi-petinggi suku,
tapi tidak orang-orang dengan kasta yang lebih rendah dari mereka. Bahkan wanita, tak
memiliki harga dan tak sedikitpun diberi penghormatan. Padahal mereka terlahir dari rahim-rahim wanita.
Hadirnya Islam yang dibawa Nabi Muhammad bagaikan cahaya. Menerangi
jiwa-jiwa gulita dan membersihkan semua noda-noda nista. Serta Islam telah mengangkat
derjat wanita dari tiada menjadi berharga. Wanita tak lagi layak dicaci maki, karena Islam
memerintahkan untuk mencintai. Mereka tak lagi berkedudukan rendah,
karena Allah telah memberikannya darjah melimpah.
Wanita, begitu berharga dimata Islam. Justru gerakan-gerakan emansipasi
ataupun feminisme yang katanya bergerak untuk menyama-ratakan dan
menyelaraskan posisi wanita dan pria itu, malah telah menurunkan
derjatnya. Bagaimana tidak, Islam sendiri telah meninggikan derjatnya
lebih dari lelaki di beberapa hal, tapi orang-orang ini malah inginkan
mereka sejajar dalam segala hal.
Wanita sungguh lebih berharga dari lelaki. Allah telah mengutamakan wanita
dalam banyak hal dibanding laki-laki. Jika boleh, maka para lelaki pun
ingin seperti wanita dan mendapatkan keutamaan yang sama tingginya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah pernah ditanya tentang siapa yang harus
mendapat perhatian paling utama antara ayah dan ibu. Rasulullah menjawab
"ibumu" sebanyak tiga kali, lalu disusul oleh "ayahmu" dengan hanya sekali
sebutan.
Dalam hadits lain dikatakan bahwa wanita, ketika dia menjadi seorang
anak, (baik atau buruknya) ia menjadi penentu masuk surga atau tidaknya seorang
ayah. Dan ketika ia menjadi seorang ibu, tak ada yang memungkiri bahwa
surga berada di telapak kakinya.
Wanita, kau begitu berharga. Hargailah dirimu sebagaimana Allah menghargaimu dengan sebaik-baik penghargaan.
"Jika Tujuanmu Untuk Belajar.."
Sebagai seorang pelajar, fluktuasi semangat menuntut ilmu itu hal yang
wajar. Tergantung nanti bagaimana cara kita menyikapi dan mengalihkan
'kefuturan' kita pada hal yang tak sia-sia.
***
Ceritanya, akun twitterku tetiba di-follow oleh seorang Australian.
Seorang terpelajar, pengajar, konsultan, dan juga penulis. Luar biasa
sekali rasanya di-follow oleh orang yang terlihat hebat. Akhirnya, akun
beliau aku follow balik.
Iseng-iseng nya, ketika aku mengalami 'futur' untuk belajar dihari-hari
ujian ini, aku meminta pendapat langsung melalui DM ke beliau. Aku
bertanya tentang "saran apa yang akan beliau berikan terhadap seseorang
yang kehilangan motivasi untuk belajar di bidang yang sedang ia geluti".
Ternyata, untuk mendapat jawaban beliau, ada syarat yang harus dipenuhi.
Yaitu, nge-like dua facebook page yang beliau kelola. Yowes, dengan
serta merta aku like keduanya, dan segera menuntut jawaban.
Akhirnya beliau memberi jawaban yang menurutku cukup berbeda dengan
jawaban kebanyakan orang yang selama ini aku dapatkan. Jawabannya "kamu tidak perlu termotivasi. Jika
tujuannya adalah untuk BELAJAR, lakukanlah walau dalam kondisi tak
termotivasi dan motivasi itu akan datang dengan sendirinya".
Aku jabarkan menjadi: Jika niat dan tujuan kita bersekolah atau
berkuliah itu adalah untuk BELAJAR (mendapatkan ilmu), maka tak perlu ada motivasi untuk bisa semangat melakukannya. Karna
motivasi itu sendiri adalah BELAJAR-nya kita.
Iya. Barangkali ada yang salah dalam niat dan tujuanku untuk
menginjakkan kaki di kampus ini. Dan pasti ada yang salah! Tapi, selagi
aku masih diberi waktu dan kesempatan untuk memperbaiki semuanya, aku
akan terus berusaha.
Bismillaahi, Allahu Akbar!!
*Note to Myself*
Tag :
Catatan,
Corat-coret