Sedikit catatan dari murabbiyah saya tentang pribadi saya. Bukan untuk pamer atau pun sombong, tapi hanya sekedar ingin berbagi. Dengan setumpuk kekurangan dan kecacatan yang saya punya, saya sadari pandangan beliau tidak seutuhnya sama dengan pandangan saya terhadap diri saya. Semoga Allah mengampuni segala yang terlebih dan Allah istiqamahkan saya dan anda semua dalam keimanan dan ketaqwaan.

Allaahumma ighfir liy.. Allaahumma ighfir liy, innahum laa ya'lamuun~
*****
Kesibukan sebagai ibu rumah tangga bisa melebihi sibuknya seorang direktur sebuah perusahaan, bahkan jauh lebih sibuk. Jam kerja seorang ibu rumah tangga adalah 24 jam sementara direktur tidak lebih dari 10 hingga 13 jam saja.

Sebagai ibu rumah tangga yang memiliki 6 anak saya mengalami kesibukan yg luar biasa selama 24 jam tersebut. Ditambah lagi saat ini kami tidak memiliki asisten untuk membantu. Pada akhirnya kami harus berjibaku membagi tugas mengelola pekerjaan rumah. 

Ketika saya harus mengisi taklim di beberapa tempat inilah yang menjadi kerepotan tersendiri karena tidak ada yang menjaga anak-anak di rumah jika saya tinggal. Kadang-kadang saya terpaksa membawa anak-anak yang memang belum sekolah. 

Dalam suasana yang galau seperti itu. Saya menerima panggilan telepon dari seorang mahasiswi yang memang saya kenal, Shabrina namanya. Beliau sedang kuliah S1 di Universitas Islam Antarbangsa Malaysia. Pada saya beliau mengatakan bersedia membantu di rumah untuk menjaga anak-anak selama dia cuti kuliah. Bukan main senangnya karena ditengah kesibukan ada yang bersedia meringankan beban. 

Secara profesional saya mengganti peluh kerja kerasnya selama menjaga anak-anak. Walaupun Shabrina tidak meminta karena selain mengisi liburan dengan kegiatan bermanfaat, sekaligus ia ingin belajar jadi ibu rumah tangga kelak. 

Shabrina seorang gadis yang sederhana dan pendiam. Tapi saya tidak menyangka bahwa Bina (begitu panggilannya) bisa dekat dengan anak-anak saya dalam waktu cepat. Anak-anak sangat suka dengan Shabrina karena selain sabar, beliau juga cekatan. Salah satu anak saya merupakan anak dengan autis simtom. Tapi Bina bisa mengatasi kesulitan dalam menanganinya. 

Selama kurang lebih 1 minggu Bina membantu saya. Saat itu juga saya baru menyadari bahwa ternyata Shabrina bukan anak sembarangan. Salah seorang teman saya mengatakan bahwa ayahnya Shabrina adalah seorang Wakil walikota Padang saat itu (Bapak Mahyeldi Ansharullah). 

Saya dan suami terkejut dengan informasi itu karena Bina sangat bersahaja dan tidak menunjukkan bahwa ayahnya adalah seorang pejabat. Bahkan bicara tentang siapa orang tuanya saja tidak. 

Saya sangat kagum dengan orang tua Shabrina yang berhasil mendidik anak menjadi pribadi yang bersahaja, tidak sombong dan mau melakukan pekerjaan yang mungkin tidak patut untuk ukuran anak pejabat. Belum pernah saya menemui sosok anak muda seperti Bina. 

Istilah "Buah jatuh tak jauh dari Pohon" memang benar. Di belakang anak yang baik pasti ada orang tua yang baik. 

Salam takzim untuk Pak Mahyeldi Ansharullah dan Ibu Harneli Bahar yang telah berhasil mendidik anak seperti Shabrina. Ellina Supendy Dimuat di blog saya: www.ellinasupendy.wordpress.com

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Shofia Shabrina -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -