Archive for April 2016
Tumbuh Bersama Alam
Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). [Qaaf: 7-8]Tidak ada yang salah sebenarnya dengan hidup dan berkembang dalam selimut polusi kota, atau dengan bising-bising kendaraan bahkan orang-orang di jalanan. Hanya saja bagi saya, hidup di perkampungan jauh lebih menarik daripada hidup di kota.
Saya adalah contoh anak yang tumbuh dan kembang di perkotaan, walaupun kota Padang belum secanggih ibu kota negara, tetap saja pesona kota terpapar jelas di lingkungannya. Namun saya bukanlah orang yang tergila-gila dengan hiruk-pikuk kota. Jika orang melihat saya dari penampilan dan gaya bicara, mereka tidak akan percaya kalau saya asli orang kota. Haha..
Tapi saya mencintai alam seutuhnya. Alam terlihat megah dimata saya. Alam menyimpan banyak rahasia penciptaan dan ilmu pengetahuan. Menyaksikannya, semakin meningkatkan keyakinan saya akan keagungan Tuhan yang Maha Kuasa. CiptaanNya tiada tandingan, seniNya tiada bandingan. Allaahu Akbar! Saya mencintai alam, walaupun saya bukan anggota komunitas pecinta alam manapun. Saya bisa betah berlama-lama menikmati goresan Tuhan yang takkan pernah bisa direkayasa manusia. Allah berfirman:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (cerdas). (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. [Ali Imran 190-191]
Sewaktu uwo (nenek) saya masih hidup, saya sangat menikmati liburan di kampung. Ketika baru sampai di rumah uwo saja, tujuan utama saya adalah tabek (kolam ikan), kemudian berlama-lama menanti ikan terjerat kail yang saya lontarkan. Jika ikan-ikan sasaran tidak tertarik dengan umpan, maka uwo akan turun tangan dan menyebur langsung ke dalam kolam untuk menangkap ikan-ikan besar yang berada di daerah persembunyiannya. Saya yang suka penasaran dan mencoba ini itu juga pernah melakukan hal yang sama, tapi cuma dapat udang-udang kecil. Hehe..
Selain itu uwo juga pernah mengajak saya menyusuri pematang sawah, menanam padi dan menangkap belut sawah. Dari uwo, saya belajar cara menanam padi yang benar. Lalu saya pernah diajak berjalan sedikit ke kaki bukit mendekati bibir hutan (ngga jadi masuk hutan). Jika sudah selesai aktifitas di persawahan, kami membersihkan diri di sungai kecil yang jernih. Kata uwo, sungainya banyak pacet. Tapi saya mah selow, tetap mandi-mandian. Alhamdulillah ngga kena pacet. Haha..
Saya menikmati sekali hidup di perkampungan serta kearifan tetangga sekitar. Akrabnya masyaAllah. Walaupun kadang suka kesal sendiri karna saking akrabnya, suka masuk rumah uwo tanpa ketuk pintu. Kalau ngga mahram kan berabe. Di rumah uwo juga ngga ada toilet. Pilihannya cuma dua: pup langsung di lantai kamar mandi terus disiram bersih-bersih, atau pergi ke toilet dekat mesjid diatas tabek yang ngga berlampu sambil melihat ikan-ikan menikmati santapan (maaf agak jo*ok). Haha.. Mungkin kalau siang hari, pilihan kedua tidak menjadi masalah. Kalau malam hari?
Tapi sejak uwo meninggal, cerita-cerita diatas hanya tinggal kenangan yang ngga akan terulang..
Masih. Saya masih tetap dan selalu mencintai alam, saya masih selalu ingin untuk tumbuh bersama alam. Maka, selama 6 tahun di pesantren, bermain dan belajar di alam adalah hal yang sangat saya nantikan. Saya akan mudah bosan dan ngantuk jika harus duduk berlama-lama di kelas. Kepanduan, pramuka, dan pekan kreatifitas siswi adalah beberapa sarana yang menyatukan saya dengan alam. Camping, hiking, trekking, outbound, main-main di sungai, membelah hutan, dan menyusuri tepian pantai. I love it!
Sampai sekarang, saya dan keluarga sering berjalan-jalan menikmati alam ketika liburan. Kadang ke sungai kadang ke pantai. Bagi saya, sulit sekali menolak ajakan teman untuk kembali bercengkerama dengan alam. Bahkan jika ia menawarkan dua pilihan: ke mall atau mandi di sungai, maka saya akan memilih pilihan kedua.
Sampai sekarang, saya dan keluarga sering berjalan-jalan menikmati alam ketika liburan. Kadang ke sungai kadang ke pantai. Bagi saya, sulit sekali menolak ajakan teman untuk kembali bercengkerama dengan alam. Bahkan jika ia menawarkan dua pilihan: ke mall atau mandi di sungai, maka saya akan memilih pilihan kedua.
Saya mencintai alam, maka saya akan menjaga keindahan dan kebersihannya agar tetap utuh lestarinya sampai kapanpun dan dengan cara sekecil apapun, seperti: membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi penggunaan kantong plastik. Alam ini titipan Tuhan kepada manusia selaku khalifah di muka bumi. Kalau bukan kita yang merawatnya, siapa lagi yang kita harapkan? Let's start to care and love mother nature~ [Shaffix - Mother Nature]
Bercita-citalah Setinggi Langit!
'Uluwwul himmah (UH) memiliki arti tingginya cita-cita. Sesuatu yang ingin diraih. Sesuatu yang memotivasi seseorang untuk beramal. UH ini merupakan salah satu sifat mahmudah (terpuji). Sebuah sya'ir yang sering menjadi kata-kata mutiara menyebutkan secara singkat bagaimana sebaiknya kita bercita-cita,
"Apabila kamu menginginkan sesuatu, maka jangan puas dengan sesuatu dibawah bintang"
Kita seharusnya memiliki cita-cita dan motivasi yang tinggi. Islam mendorong kita untuk memiliki UH dan melarang kita untuk mendiamkannya. "Janganlah kamu menganggap kecil cita-cita kamu," tegas Umar ra., "karena aku tak pernah melihat sesuatu yang membuat seseorang itu bangkrut/gagal kecuali karena hilangnya cita-cita/motivasi."
Sama seperti niat yang baik, dengan memiliki cita-cita yang tinggi, kita bisa berpahala sebelum dapat mewujudkannya. Rasulullah saw. bersabda: "barangsiapa yang bercita-cita untuk melakukan kebaikan, tapi (karna alasan yang syar'i) tidak bisa melakukannya, maka Allah telah menetapkan baginya kebaikan yang utuh."
Para sahabat yang bertempur di medan perang memiliki dua cita-cita. Yang pertama dan tertinggi adalah syahid. Yang kedua adalah kemenangan. Siapa yang tak kenal Khalid ibn Walid? Ksatria di kancah perang, namun wafat diatas dipan. Tapi seperti sabda Rasul tersebut, ia tetap meraih posisi yang dicita-citakan.
Juga sabda beliau: "barangsiapa yang meminta syahid pada Allah dengan jujur, maka Allah telah menyampaikannya pada derajat par syuhada' walaupun dia meninggal diatas kasurnya." Kejujuran kita akan keinginan dan cita-cita kita, akan membawa kita meraih apa yang diimpikan.
Ingat kisah seorang badui? Ketika ia diberikan hak rampasan perang oleh Rasulullah saw. ia berkata "Aku tidak mengikutimu demi ini. Aku mengikutimu agar aku bisa berperang di jalan Allah, lalu anak panah menembus ini (dia menunjuk kepada lehernya). Maka aku mati dan masuk surga.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika ucapan itu jujur, Allah akan mewujudkan keinginanmu.” Dan benar saja, ia syahid dalam keadaan anak panah menembus lehernya, kondisi yang ia inginkan. Rasulullah berkata, “ia membenarkan Allah, maka Allah membenarkannya.”
Terlalu banyak kerugian yang akan kita alami ketika kita tidak memiliki cita-cita atau hanya menginginkan hal yang kecil, padahal kita mampu untuk hasilkan yang lebih baik. Apalagi jika kita berpus asa. Allah berfirman,
"Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah" (Yusuf:87)Wallahu a'lam~
Tag :
Catatan,
Oase Islam