Islam, agama rahmatan lil'alamin ini selalu memacu penganutnya untuk istiqamah dalam kebaikan. Apapun kebaikan itu, sekecil apapun ia dimata manusia, sebagai muslim kita harus mengerjakannya. "Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit". Pepatah yang sering dikaitkan dengan menabung ini juga berlaku pada amalan2 baik yang kita lakukan. Ya, tabungan akhirat!

Akhir-akhir ini, sering sekali kita perhatikan, lihat, baca, dan mendengar orang-orang yang menyuarakan kebaikan. Mereka 'memperlihatkan' kebaikan yang mereka lakukan, baik secara tulisan maupun lisan. Khususnya jika mereka adalah para calon-calon pejabat.
Tindakan ini tentu saja melahirkan pro dan kontra dikalangan masyarakat. Banyak sekali orang yang menyorakkan pendapatnya. Bahkan ada juga yang menuding, menfitnah orang-orang yang melakukan hal tersebut. Mereka berteriak "tidak ikhlas nih kerjanya, pake dipamer-pamerin".

Inilah anehnya di dunia kita sekarang. Kemaksiatan tersebar dimana-mana. Kalau dulu masih tersembunyi, tapi sekarang sudah mencuat, menggeliat, dan menampakkan diri dengan pede-nya. Ini keburukan masbro! Mau jadi apa negri kita jika kita tidak melawan kembali dengan me'maharajalela'kan kebaikan?

Mari kita perhatikan firman-firman Sang Pencipta berikut:

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari, secara tersembunyi maupun TERANG-TERANGAN, maka mereka mendapat pahala di sisi Rabbnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Al-Baqara: 274)

"Jika kamu MENAMPAKKAN sedekah(mu), maka itu adalah BAIK. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu LEBIH BAIK BAGIMU." (Al-Baqara: 271)

Dalam ayat-ayat tersebut, Allah sama sekali tidak mencela orang yang menampakkan kebaikan. Bahkan mereka beserta orang-orang beramal secara sembunyi sama-sama mendapatkan pahala dariNya. Disinilah peran niat menjadi amat penting. Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang sudah sangat familiar "sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung pada niatnya".

Hei hei! Yakinkah kita bahwa hanya Allah sajalah yang mengetahui hal-hal yang ghaib? Kalau kita yakin, seharusnya kita juga paham bahwa hanya Allah saja yang layak menilai ikhlas atau tidaknya seseorang dalam beramal. Lalu mengapa kita susah-susah berteriak "lu ikhlas ngga sih?" Kepada orang yang berusaha menebar kebaikan? Malah seharusnya kita bertanya pada diri sendiri "apa kebaikan yang sudah saya lakukan hari ini? apakah sudah sebanding dengan yang mereka kerjakan?"

Ya! Terkadang pikiran kita begitu sempit. Terhambat oleh bisikan-bisikan makhluk yang dilaknat Allah atau juga karena nafsu dunia kita yang tak terbendung. Memang, kita diharuskan untuk memiliki amalan-amalan yang tersembunyi untuk menjaga hati kita dari penyakit riya dan juga banyak keutamaan yang bisa didapat dengan beribadah secara sembunyi-sembunyi. Nah, karna ia tersembunyi, kita tidak akan tau amalan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang itu ketika mata tidak tertuju pada mereka. Bisa jadi mereka memiliki amalan yang jauh lebih besar dari yang kita duga.

Sering sekali ketika para pejabat tidak menunjukkan bukti-bukti kerja nyata mereka, kita sibuk mempertanyakan "kerja apa selama ini?". Namun, disaat mereka sudah meng-ekspos sgala aktifitas mereka, kita malah mengatakan bahwa ada indikasi ketidak ikhlasan di dalamnya. Lalu, apa yang kita inginkan sebenarnya?

Dewasalah, saatnya kita me'maharajalela'kan kebaikan di negri ini. Agar kemaksiatan tersingkir dan negri kita terhindar dari kemerosotan yang terlihat semakin mendalam. Biarlah Allah yang mengurus dan menilai keikhlasan dalam diri seseorang. Tindakan mereka lebih baik daripada diam tak bergerak. Tugas kita sekarang adalah, sebanyak-banyaknya menebar kebaikan dan manfaat kepada lingkungan tanpa sibuk memikirkan tindakan orang. Wallahu a'lam.

Semangat menebar kebaikan kawan!

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Shofia Shabrina -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -