- Back to Home »
- Corat-coret , Pengalaman , Renungan »
- Jangan Ada Kata 'Hanya' (Cuma)
Sadar atau tidak, dalam berkata dan berkomunikasi, tidak jarang kita mengucap kata hanya ataupun cuma. Apa pentingnya kedua kata ini?
***
Suatu hari di kota kembang, sebuah lingkaran majelis terbentuk dalam sebuah rumah di sudut suatu perumahan. Lingkaran ini adalah lingkaran ta'aruf, perkenalan dengan si empunya rumah. Dan aku merupakan salah seorang yang berada disana.
Sebagian dari kami ada yang sudah saling kenal, karna telah lebih dahulu berada disana. Tapi, karena kebanyakan dari kami adalah anggota baru, makanya lingkaran ini dibuat lagi. Perkenalan dimulai dari ibu pemilik rumah yang akrab disapa bu mar. Kemudian dilanjutkan dengan orang yang ada disamping kanan beliau, dan begitu seterusnya.
Oya, untuk informasi, lingkaran ini terdiri dari sekitar 15 orang dari berbagai daerah di Indonesia, dan dengan bermacam-macam background keluarga dan pendidikan. Tidak bisa dielakkan, rasa minder terkadang merasuk ke dalam diri orang yang merasa dirinya berada di level yang rendah.
Perkenalan terus berlanjut sampai pada seseorang yang berasal dari Sulawesi sana. Ketika ditanya tentang pekerjaan orangtua, ia menjawab "cuma petani". Mendengar itu, bu mar langsung menegur "apapun pekerjaan orangtua lita, jangan sebut 'cuma'..".
***
Bu mar memang tidak menjelaskan secara detail apa hikmah dibalik larangan itu. Tapi, kita bisa menganalisanya sesuai kemampuan kita.
Dan, you know what? Hasil analisaku, kenapa sebaiknya kita tidak memakai kata 'hanya' dan 'cuma'? Adalah karena ketika kita menggunakannya, terasa atau tidak, ada indikasi ketidaksyukuran atas pemberianNya. Kita mengharapkan sesuatu yang tinggi, tapi tidak mendapatkannya. Sehingga ketika ditanya, refleks kita menjawab "cuma".
Keberkahan tidaklah terletak pada nilai yang bagus, harta yang banyak, ataupun pendidikan yang tinggi. Tapi keberkahan adalah ketika Allah ridho dengan semua yang kita lakukan dan kita dapatkan. Dan kesyukuran kita atas apapun yang terjadi, menjadi pemanis hidup kita dalam naungan berkahNya.
Wallahu a'lam~