Banyak sekali kisah-kisah yang tersembunyi dalam kehidupan kita. Termasuk kisah-kisah keluarga kita.

Sebagai anak ketiga, ada banyak episod dalam keluarga yang tidak saya ketahui karna saya belum lahir atau yang tidak terekam dalam memori karna saya masih begitu kecil.

Disinilah peran kakak pertama dengan berbagi cerita dengan kami dik-adiknya. Karna dia terlahir lebih dahulu dan mengetahui lebih banyak hal dari saya dan yang lain.

Dengan gaya tulisan yang sangat unik dan mengesankan, tulisan kakak saya dapat menyihir para pembacanya (menurut survei saya). Ini salah satu masterpiece-nya...

"Cinta kami, untuk BUYA"

Surat Cinta untuk Buya, Bukan surat sebenarnya. Anggap saja,sebagai tulisan dari seorang secret admirer kepada Idolanya.

Ini untukmu, BUYA...

Aku menulis surat ini sembari membayangkan hal-hal indah apa saja yang sudah kita lalui di 23 tahun kebersamaan kita. Terlalu banyak buya, banyak sekali. Aku masih ingat rekaman-rekaman kaset yang sekarang sudah tidak jelas keberadaannya tentang bagaiamana buya mencintai aku. Aku yang menangis keras saat buya pergi meninggalkan rumah. “Buya..buya.. diniy mau ikut buya…”

Kebanyakan orang menyadari, banyak kesamaan diantara kita. Perawakan wajah yang serupa, tentu saja aku tanpa kumis,jenggot dan rambut yang memutih. Kita mirip. Hehehhehee, ngaku-ngaku ya.. tapi ya begitulah. Bahkan aku merasa, selain wajah yang mirip, sifat kitapun agak serupa.

Buya..buya..

Aku tidak pernah bermimpi, akan menjadi seorang sulung dari 9 orang bersaudara. Aku juga bahkan tidak pernah berfikir menjadi anak seorang politikus, seorang aktivis dakwah, seorang abdi masyarakat. Aku masih ingat betul dulu, saat dirimu masih merangkak pelan dari aktivis menjadi sekarang, aku mengikuti alur-alur kehidupan kita. Dri kehidupan sangat sulit, sulit lalu sampai di tahap kehidupan seperti sekarang, semua karna kemauan buya yang kuat. Buya ingat tidak ketika dulu, pagi-pagi sekali buya sudah harus belanja kepasar untuk mengisi keperluan yang akan dijual di warung kontrakan kita? Masih sangat jelas saat buya meletakkan box kayu dibelakang motor GLMAX nya kala itu. Atau, masih ingat tidak ketika buya dan umi berjibaku membungkus es batu dan es cincau, lalu aku bertugas mengantarkan satu per satu box es ke warung-warung orang. Bahkan aku juga masih mengingat, dirimu membawa puluhan mukena bordir hasil jahitan nenek ke Jakarta dan menjualnya pada temanmu?

Ah…

Aku ingat setiap detail hal-hal keren yang kita lalui sejak dulu. Bahkan aku bersyukur saat kita memulai hidup dari bawah. Saat senang, kita akan mengingat hal-hal sedih,haru yang sudah kita lalui sejak dulu. Lucu bukan? Aku ingat cerita umi, saat buya dan umi menikah berbekal tekad baja dan cinta menjalani semuanya. Buyaku dulu pernah menjual bolu pisang buatan umi keliling loooo… aku bangga.

Banyak kejadian-kejadian yang aku rasa,tidak akan pernah disangka-sangka orang lain. Keren. Terlalu keren untuk di filmkan menurutku.

Menurut sebagian orang bagaimana bisa buya dan umi bertahan dalam kondisi ekonomi super morat marit membiayai anak-anaknya sekolah. Tapi yah, janji ALLAH itu pasti. Umi dan Buya benar-benar membuktikan mampu membesarkan kami, 9 anaknya. Semoga kami benar-benar bisa membuktikan hasil jerih payahmu membesarkan kami, nanti. Amin….

Buya adalah orang yang sangat-sangat sensitif. Ini sifat yang paling aku rasakan turun kepadaku. Waktu itu,saat usiaku 13 tahun, buya mengantarkan aku ke Pesantren dimana aku bersekolah. Ditengah perjalanan aku bahkan tidak bisa berhenti menangis, melihat aku buya ikut berkaca-kaca dan menawarkan agar kita kembali saja ke padang. Ah, buya sangat udah mengeluarkan air mata apabila melihat 9 anaknya berkumpul, lalu tiba-tba saja mengeluarkan air mata. Mungkin haru dan tidak percaya, anak-anaknya kini satu persatu tumbuh dewasa dengan keberagaman tingkah dan perilakunya.

9 anak, 9 wataknya dan 9 juga cara Buya dan umi memberi perlakuan. Aku misalnya yang sangat keras, diajarkan bertanggung jawab dan mandiri sejak dulu sampai sekarang. Apa yang aku inginkan harus aku yang mengusahakan. Atau ketika aku bersalah, aku harus egera mempertanggung jawabkan. Aku sulung, dan akulah yang akan memimpin 8 orang adikku kelak. Aku paham betul misinya.

Buya beruntung sekali mendapatan umi, dan umi beruntung sekali mendapatkan buya. Dua perpaduan yang sangat berbeda. Buya adalah orang yang sangat keras, umi yang melunakkan. Buya sering emosi, umi yang menyabarkan. Mungkin itu kuncinya mereka berdua kadang terlihat seperti pasangan pengantin baru saja. Allah maha adil bukan?

Kini,Buya sampai di tahap kembali harus memperjuangkan sesuatu yang memang harus kita perjuangan. Ini dakwah. Dan tentu saja, ini bukan barang murah. Cring,lalu selesai.
Aku hafal betul ketika pagi sebelum subuh, buya sudah terjaga untuk kemudian berangkat menuju mesjid, kemudian menjalankan kewajiban sebagai Wakik Walikota, kemudian agenda agenda lain yang seakan tiada habisnya. Tapi,sungguh aku tak pernah mendengar sekalipun berkata lelah. Aku saja, yang masih menjadi mahasiswa, makan belajar dari hasil jerih payahmu sering sekali mengeluh.
Sungguh maafkan aku....

Sudah saatnya Buya kembali berjuang,demi kebaikan. Aku hanya bisa memandang dari sudut perjuangan menyaksikan engkau berjibaku dengan segala carut marut perpolitikan. Buya kuat, selama Umi masih siap sedia mendorong dari belakang dengan segelas madu hangat penuh cinta yang selalu siap di meja. Dengan tawa kami, perilaku 9 buah cinta Umi Buya... Kami mendo'akan,

Atas nama cinta tanpa batas,
Atas nama ikhlas yang berkelas...

Kami Ridho BUYA...
Selamat berjuang, ALLAH selalu mengiringi kebaikan.

Cinta Diniy sebagai anak gadis pertama Buya, selamanya.



*Semoga berkah dan menginspirasi :)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Shofia Shabrina -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -