- Back to Home »
- Corat-coret , Opini »
- Meninggalkan suatu perbuatan adalah PERBUATAN
Sedikit cuplikan training (16 Februari)..
Dalam sebuah kaedah fiqh disebutkan bahwa "Meninggalkan suatu perbuatan adalah PERBUATAN"
Maka, bagi saya ini amat erat hubungannya dengan keputusan untuk memilih GOLPUT. Seperti yang sama-sama kita ketahui, golput ini adalah meninggalkan hak kita untuk memilih, baik itu memilih wakil rakyat maupun pemimpin rakyat. Banyak orang yang beranggapan bahwa golput adalah pilihan terbaik dimana tak ada lagi opsi-opsi yang layak untuk dipilih (menurutnya begitu). Mereka mengira dengan golput, mereka terbebas dari segala pertanggung-jawaban yang merupakan efek samping dari perbuatan 'memilih' tadi.
Namun, berdasarkan kaedah fiqh diatas, prasangka mereka salah total. Golput yang mereka agung-agungkan sebagai jalan paling suci itu ternyata juga dinilai sebagai 'perbuatan'. Dan setiap perbuatan yang kita lakukan, pasti ada efek samping dan konsekwensi yang ditimbulkannya. Ada pertanggung-jawabannya. Kita nanti akan ditanyai oleh Allah "Kenapa Golput? Sedang si fulan adalah seorang dengan karakter pemimpin yang paling bagus dibanding yang lain. Kenapa ngga pilih dia?". Lalu kita mau jawab apa?
Mari kita analogikan dengan sederhana (berdasarkan pemahaman saya)..
Jika kita menganggap tidak ada pilihan yang layak, maka itu bisa diibaratkan ketika kita berada ditengah hutan dalam keadaan lapar yang amat sangat dan tak memiliki sisa perbekalan untuk dimakan. Pilihannya hanya ada binatang dan tanaman yang secara jelas diharamkan oleh islam yang tentu saja tak layak menjadi pilihan kita sebagai makanan. Lalu, kita mau apa? Mati sia-sia dalam keadaan lapar? Sedang Allah telah memberikan kita kemudahan dalam kesulitan. Jika kita 'kekeuh' dengan ke-golput-an kita, maka bersiaplah untuk mati sia-sia!
Atau analogi yang jauh lebih sederhana..
Dalam setiap ujian, pasti kita disuguhkan soal-soal dengan pilihan jawaban (soal objektif). Jawaban yang benar, pasti ada diantara opsi-opsi yang diberikan (jika tak ada, berarti ada kesalahan :p). Nah, apa yang terjadi jika kita tidak menjawab (GOLPUT)? Kita akan kehilangan kesempatan-kesempatan untuk benar. Ya kan? Kalo saya mah, walaupun ngga tau jawaban, harus tetap menjawab karena bisa jadi jawaban (tebak-tebakan) saya itu benar. Tapi kalau tidak menjawab, ya sudah jelas saya tidak akan mendapatkan nilai.
So, yuk kita meninggalkan GOLPUT dan melaksanakan hak kita sebagai warga negara! #yuukk~
Lalu, bagaimana menghindari Golput?
Caranya cuma satu. Layaknya ujian, kita harus mempelajari materi-materi yang akan diujikan. Nah, karna ujian pada tanggal 9 April pertanyaan yang akan diajukan cuma satu, dan ngga muluk-muluk. Hanya bertanya tentang "PARTAI apa yang kamu jagokan?", maka kita harus membaca dan meneliti track-record tiap-tiap opsi dan membandingkan mana yang lebih baik. Itu saja, hanya sesimpel itu.
*Wallahu a'lam
Karna hidup kita dipenuhi oleh pilihan-pilihan. Yang ngga milih, ngga usah hidup deh! #ehh :3
Yang #PalingKuSuka #CintaKerjaHarmoni #ApapunYangTerjadiKuTetapMemil ihmu #AYTKTM
Dalam sebuah kaedah fiqh disebutkan bahwa "Meninggalkan suatu perbuatan adalah PERBUATAN"
Maka, bagi saya ini amat erat hubungannya dengan keputusan untuk memilih GOLPUT. Seperti yang sama-sama kita ketahui, golput ini adalah meninggalkan hak kita untuk memilih, baik itu memilih wakil rakyat maupun pemimpin rakyat. Banyak orang yang beranggapan bahwa golput adalah pilihan terbaik dimana tak ada lagi opsi-opsi yang layak untuk dipilih (menurutnya begitu). Mereka mengira dengan golput, mereka terbebas dari segala pertanggung-jawaban yang merupakan efek samping dari perbuatan 'memilih' tadi.
Namun, berdasarkan kaedah fiqh diatas, prasangka mereka salah total. Golput yang mereka agung-agungkan sebagai jalan paling suci itu ternyata juga dinilai sebagai 'perbuatan'. Dan setiap perbuatan yang kita lakukan, pasti ada efek samping dan konsekwensi yang ditimbulkannya. Ada pertanggung-jawabannya. Kita nanti akan ditanyai oleh Allah "Kenapa Golput? Sedang si fulan adalah seorang dengan karakter pemimpin yang paling bagus dibanding yang lain. Kenapa ngga pilih dia?". Lalu kita mau jawab apa?
Mari kita analogikan dengan sederhana (berdasarkan pemahaman saya)..
Jika kita menganggap tidak ada pilihan yang layak, maka itu bisa diibaratkan ketika kita berada ditengah hutan dalam keadaan lapar yang amat sangat dan tak memiliki sisa perbekalan untuk dimakan. Pilihannya hanya ada binatang dan tanaman yang secara jelas diharamkan oleh islam yang tentu saja tak layak menjadi pilihan kita sebagai makanan. Lalu, kita mau apa? Mati sia-sia dalam keadaan lapar? Sedang Allah telah memberikan kita kemudahan dalam kesulitan. Jika kita 'kekeuh' dengan ke-golput-an kita, maka bersiaplah untuk mati sia-sia!
Atau analogi yang jauh lebih sederhana..
Dalam setiap ujian, pasti kita disuguhkan soal-soal dengan pilihan jawaban (soal objektif). Jawaban yang benar, pasti ada diantara opsi-opsi yang diberikan (jika tak ada, berarti ada kesalahan :p). Nah, apa yang terjadi jika kita tidak menjawab (GOLPUT)? Kita akan kehilangan kesempatan-kesempatan untuk benar. Ya kan? Kalo saya mah, walaupun ngga tau jawaban, harus tetap menjawab karena bisa jadi jawaban (tebak-tebakan) saya itu benar. Tapi kalau tidak menjawab, ya sudah jelas saya tidak akan mendapatkan nilai.
So, yuk kita meninggalkan GOLPUT dan melaksanakan hak kita sebagai warga negara! #yuukk~
Lalu, bagaimana menghindari Golput?
Caranya cuma satu. Layaknya ujian, kita harus mempelajari materi-materi yang akan diujikan. Nah, karna ujian pada tanggal 9 April pertanyaan yang akan diajukan cuma satu, dan ngga muluk-muluk. Hanya bertanya tentang "PARTAI apa yang kamu jagokan?", maka kita harus membaca dan meneliti track-record tiap-tiap opsi dan membandingkan mana yang lebih baik. Itu saja, hanya sesimpel itu.
*Wallahu a'lam
Karna hidup kita dipenuhi oleh pilihan-pilihan. Yang ngga milih, ngga usah hidup deh! #ehh :3
Yang #PalingKuSuka #CintaKerjaHarmoni #ApapunYangTerjadiKuTetapMemil