- Back to Home »
- Corat-coret , Pengalaman »
- First Day, First Challenge!
It's my story..
Ngga begitu penting sebenarnya, tapi hanya ingin berbagi cerita, pengalaman, atau mungkin kebahagiaan. Karna fitrah perempuan itu lebih suka mengungkapkan perasaannya melalui kata-kata baik lisan maupun tulisan.
Skali lagi, it's my story. True story :D
Sebagai mahasiswi pas-pasan, aku sejak tahun pertama kuliah sudah mencari-cari tempat mengajar private. Awalnya hanya mengandalkan informasi dari orang-orang yang dikenal, tapi nihil. Akhirnya aku putuskan untuk melamar jasa private melalui Huda Learning Center (HLC), sebuah lembaga penyalur tutor milik anak Indonesia untuk masyarakat Indonesia di Malaysia (Kuala Lumpur khususnya).
Jadi, setelah mengajukan berkas lamaran sesuai template yang disediakan, aku mengira butuh waktu berbulan-bulan untuk menunggu panggilan. Tapi ternyata tidak. Kurang dari sebulan, aku ditelfon oleh PJ-nya. Beliau bilang, aku diminta ngajar membaca dan menulis (english) untuk anak usia 7 tahun disebuah daerah yang masih asing bagiku.
Sontak, aku kaget mendapat tawaran yang cukup dadakan itu. Kebetulan juga aku kosong pada 2 hari yang aku diminta untuk mengajar. Akhirnya, tidak ada alasan bagiku untuk menolak. Tapi, kekagetanku makin bertambah ketika kakaknya bilang "mulai ngajarnya hari ini ya, nanti kita berangkat bareng". Oh Allah, teaching without preparation itu, ngga banget!
Dengan 'agak' setengah hati, aku meng-iya-kan permintaannya. Siang hari, aku berangkat bersamanya dengan berusaha menunjukkan wajah ceria (haha). Perjalanannya berawal cukup berat memang, karna kami terpaksa berdesakan didalam bus yang telah ditunggu lebih dari setengah jam. Serasa seperti sarden siap saji! Perjalanan kami hingga ke lokasi yang dituju memakan waktu hampir 1 jam XD
Sesampai didepan apartemen tujuan, kami izin dulu ke satpamnya. Baru setelah tuan rumah dihubungi melalui telpon satpam, kami diizinkan masuk. Sesampainya didepan lift, ada kejadian lucu. Sebenarnya anak tuan rumah sudah berdiri disana menyambut kedatangan kami. Dua orang, yang besar dan yang kecil. Tapi sayangnya, tidak seorangpun yang mengenal mereka, sehingga tidak tersapa. Bahkan, dengan tampang sok benar, kami melesat ke lantai 4, padahal tujuan sebenarnya lantai 1 barengan sama mereka. Dengan agak malu-malu kami kembali ke lantai 1 dan mengucap salam. Aku berfirasat pasti si anak yang paling gede tadi udah ketawa cekikikan sambil keheranan. Haha!
Setelah berkenalan dengan tuan rumah dan menjelaskan beberapa hal, kakak yang mengantarkanku beranjak pulang. Dengan ekspresi sangat tega, dia meninggalkanku dengan raut *evil laugh* nya. Aku rasanya ingin ikutan kabur, tapi karna aku melihat tatapan penuh harap dari si ibu tuan rumah, aku ngga tega. Akhirnya aku putuskan tetap disana untuk mengajar si anak.
Anak yang aku ajar ini sebenarnya anak pintar. Dia suka bercerita, menggambar, dan yang paling hebat, dia itu aktif lebih tepatnya hiperaktif! Fokusnya hanya bertahan sebentar, habis itu berlarian. Konsentrasinya mudah pudar, sebentar-sebentar dibawa makan. Dasar anak-anak emang, aku ngga bisa marah. Dengan kesabaran ekstra, aku mengajar anak yang baru akan menginjak usia 7 tahun ini. Usia segini memang kita tidak boleh terlalu memaksa jika dia belum bisa membaca ataupun menulis secara benar dan teratur. Bagiku, anak ini anak yang keren dan ceria!
Peran orangtua sangat berpengaruh dalam perkembangan anak usia segini. Jika anak-anak sering dihambat untuk berekspresi dan berkreasi, dia akan tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri. Namun, jika bakatnya dialihkan dan diarahkan ke hal-hal yang lebih bermanfaat, pasti hasilnya bakal dahsyat! Dan yang aku temukan pada diri anak ini adalah, dia tidak percaya diri untuk belajar. Aku tidak tahu pasti apakah ini akibat dari tindakan orang tua atau gurunya. Dua-duanya bisa benar dan bisa juga salah.
Anyway, hari pertama mengajar anak ini berjalan lancar, walau tidak begitu banyak yang bisa aku ajarkan. Tapi tak mengapa, semoga saja jadi awal yang baik untukku dan juga untuknya. Setelah lebih 2 jam aku dirumah tersebut, aku pamit pulang. Sejak awal aku berniat jalan kaki menuju stasiun yang agak jauh yang normalnya bisa memakan waktu 15-20 menit. Tapi, karna aku baru pertama kali ke daerah ini, jadilah aku mutar-mutarin daerah itu tanpa tau arah. Bahkan aku sempat digonggongin anjing dan lari terbirit-birit. Haha..
Mengalah dengan kemampuan 'kompas' pribadi, aku akhirnya bertanya ke salah satu satpam sebuah apartemen. Pak satpamnya ternyata ngga begitu tau jalan menuju stasiun, dia langsung bertanya ke temannya (mungkin) yang kebetulan lagi berdiri di depan pos. Setelah hampir 1 jam berkelana, akhirnya aku temukan jalan yang benar. Alhamdulillah..
This is my first story about tutoring. Masih banyak lagi kisah yang akan aku hadapi dikemudian hari. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan dan ampunan kepada kita semua. Aamiin~
Ngga begitu penting sebenarnya, tapi hanya ingin berbagi cerita, pengalaman, atau mungkin kebahagiaan. Karna fitrah perempuan itu lebih suka mengungkapkan perasaannya melalui kata-kata baik lisan maupun tulisan.
Skali lagi, it's my story. True story :D
Sebagai mahasiswi pas-pasan, aku sejak tahun pertama kuliah sudah mencari-cari tempat mengajar private. Awalnya hanya mengandalkan informasi dari orang-orang yang dikenal, tapi nihil. Akhirnya aku putuskan untuk melamar jasa private melalui Huda Learning Center (HLC), sebuah lembaga penyalur tutor milik anak Indonesia untuk masyarakat Indonesia di Malaysia (Kuala Lumpur khususnya).
Jadi, setelah mengajukan berkas lamaran sesuai template yang disediakan, aku mengira butuh waktu berbulan-bulan untuk menunggu panggilan. Tapi ternyata tidak. Kurang dari sebulan, aku ditelfon oleh PJ-nya. Beliau bilang, aku diminta ngajar membaca dan menulis (english) untuk anak usia 7 tahun disebuah daerah yang masih asing bagiku.
Sontak, aku kaget mendapat tawaran yang cukup dadakan itu. Kebetulan juga aku kosong pada 2 hari yang aku diminta untuk mengajar. Akhirnya, tidak ada alasan bagiku untuk menolak. Tapi, kekagetanku makin bertambah ketika kakaknya bilang "mulai ngajarnya hari ini ya, nanti kita berangkat bareng". Oh Allah, teaching without preparation itu, ngga banget!
Dengan 'agak' setengah hati, aku meng-iya-kan permintaannya. Siang hari, aku berangkat bersamanya dengan berusaha menunjukkan wajah ceria (haha). Perjalanannya berawal cukup berat memang, karna kami terpaksa berdesakan didalam bus yang telah ditunggu lebih dari setengah jam. Serasa seperti sarden siap saji! Perjalanan kami hingga ke lokasi yang dituju memakan waktu hampir 1 jam XD
Sesampai didepan apartemen tujuan, kami izin dulu ke satpamnya. Baru setelah tuan rumah dihubungi melalui telpon satpam, kami diizinkan masuk. Sesampainya didepan lift, ada kejadian lucu. Sebenarnya anak tuan rumah sudah berdiri disana menyambut kedatangan kami. Dua orang, yang besar dan yang kecil. Tapi sayangnya, tidak seorangpun yang mengenal mereka, sehingga tidak tersapa. Bahkan, dengan tampang sok benar, kami melesat ke lantai 4, padahal tujuan sebenarnya lantai 1 barengan sama mereka. Dengan agak malu-malu kami kembali ke lantai 1 dan mengucap salam. Aku berfirasat pasti si anak yang paling gede tadi udah ketawa cekikikan sambil keheranan. Haha!
Setelah berkenalan dengan tuan rumah dan menjelaskan beberapa hal, kakak yang mengantarkanku beranjak pulang. Dengan ekspresi sangat tega, dia meninggalkanku dengan raut *evil laugh* nya. Aku rasanya ingin ikutan kabur, tapi karna aku melihat tatapan penuh harap dari si ibu tuan rumah, aku ngga tega. Akhirnya aku putuskan tetap disana untuk mengajar si anak.
Anak yang aku ajar ini sebenarnya anak pintar. Dia suka bercerita, menggambar, dan yang paling hebat, dia itu aktif lebih tepatnya hiperaktif! Fokusnya hanya bertahan sebentar, habis itu berlarian. Konsentrasinya mudah pudar, sebentar-sebentar dibawa makan. Dasar anak-anak emang, aku ngga bisa marah. Dengan kesabaran ekstra, aku mengajar anak yang baru akan menginjak usia 7 tahun ini. Usia segini memang kita tidak boleh terlalu memaksa jika dia belum bisa membaca ataupun menulis secara benar dan teratur. Bagiku, anak ini anak yang keren dan ceria!
Peran orangtua sangat berpengaruh dalam perkembangan anak usia segini. Jika anak-anak sering dihambat untuk berekspresi dan berkreasi, dia akan tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri. Namun, jika bakatnya dialihkan dan diarahkan ke hal-hal yang lebih bermanfaat, pasti hasilnya bakal dahsyat! Dan yang aku temukan pada diri anak ini adalah, dia tidak percaya diri untuk belajar. Aku tidak tahu pasti apakah ini akibat dari tindakan orang tua atau gurunya. Dua-duanya bisa benar dan bisa juga salah.
Anyway, hari pertama mengajar anak ini berjalan lancar, walau tidak begitu banyak yang bisa aku ajarkan. Tapi tak mengapa, semoga saja jadi awal yang baik untukku dan juga untuknya. Setelah lebih 2 jam aku dirumah tersebut, aku pamit pulang. Sejak awal aku berniat jalan kaki menuju stasiun yang agak jauh yang normalnya bisa memakan waktu 15-20 menit. Tapi, karna aku baru pertama kali ke daerah ini, jadilah aku mutar-mutarin daerah itu tanpa tau arah. Bahkan aku sempat digonggongin anjing dan lari terbirit-birit. Haha..
Mengalah dengan kemampuan 'kompas' pribadi, aku akhirnya bertanya ke salah satu satpam sebuah apartemen. Pak satpamnya ternyata ngga begitu tau jalan menuju stasiun, dia langsung bertanya ke temannya (mungkin) yang kebetulan lagi berdiri di depan pos. Setelah hampir 1 jam berkelana, akhirnya aku temukan jalan yang benar. Alhamdulillah..
This is my first story about tutoring. Masih banyak lagi kisah yang akan aku hadapi dikemudian hari. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan dan ampunan kepada kita semua. Aamiin~