- Back to Home »
- Corat-coret »
- Behind The Scene, Akhwat FOTAR!
29 Maret 2014, mungkin ini menjadi hari bersejarah bagi akhwat FOTAR.
Kenapa? Karna dihari itu kami berkumpul bersama dalam rangka mabit
akhwat. Tidak seperti mabit pada umumnya, kami lebih terfokus pada
pembicaraan tentang fotar. Mulai dari pengungkapan perasaan kami
masing-masing terhadap fotar serta saran-saran untuk fotar yang lebih
baik. Sharing moment, heart to heart gitu deh pokoknya :D
Nah, jadi acara ini seharusnya dimulai secara resmi sekitar pukul 7.00. Tepat pukul 5.30 aku yang baru selesai ngajar di daerah ampang, langsung ngebut menuju lokasi mabit. Sebenarnya jam 6.30 aku sudah bisa sampai ke lokasi, tapi karna hujan dan 'nyasar-nyasar' yang tak terhindarkan jadinya aku nyampe setelah rombongan pertama baru mendarat.
Tapi aku dibuat galau, karna aku ngga dapat arahan yang jelas baik dari pelaksana, maupun dari pakcik-pakcik yang aku tanyai. Makanya aku sempat manyun waktu ketemu sama rombongan pertama yang terdiri dari kak ratih, kak amirah, laila, dan hanifah (afwan ya akhwat).
Tapi ya, it's our day lah ya. Ngga mungkin karna masalah yang sepele itu (walaupun menguras tenagaku untuk jalan kaki) semua jadi kena batunya. Ngga logis dan ngga etis. Ya udah deh, dengan jurus pendekatan ala kak ratih (minta maaf dan suka nanya-nanya yang menuntut aku untuk ngomong) semua perlahan luntur. Hilang seketika.
Sebenarnya lagi, setelah isya kami sudah harus memulai agenda. Pembukaan mabit, sharing moment dan uneg-uneg. Tapi, entah kenapa rombongan kedua yang terdiri dari kak puti, kak oya, kak radhiyah, kak evi, dan kak tami itu telat. Ya, terpaksa semua jadwal jadi diundur. Ini nih, yang membuat sebagian kita jadi agak jengkel. Kurang komunikasi penyebabnya.
Nah, setelah rombongan kedua nyampe, terus mereka makan, shalat, dan beberes, barulah lingkarannya kita bentuk. Lingkaran cinta. Agenda langsung dibuka tanpa tilawah. Dipimpin kak oya, kami semua diminta mengungkapkan perasaan masing-masing terhadap fotar. Berat sih sebenarnya, tapi ya ini demi keberlangsungan fotar sebagai organisasi tarbiyah yang lebih baik.
Mungkin aku disini ngga akan membahas banyak tentang uneg-uneg semua akhwat. Jika aku tulis semua, bakal terbentuk sebuah mini novel deh kayaknya (haha). Aku hanya akan menulis hal-hal yang aku sampaikan sendiri. Semoga dengan tercatat dan tersimpan disini, ia selalu bisa menjadi reminder buat diriku sendiri.
Jadi, sebelum aku memberi uneg-uneg malam itu, aku menjelaskan background keorganisasian aku itu seperti apa. Dengan begitu, aku berharap masing-masing dapat menebak pola pikir aku terhadap fotar. Aku ini adalah seorang yang tak pernah terjun secara 'nyata' dalam organisasi baik di SMP maupun di MA.
Aku bukan konseptor yang baik, tapi aku (insyaAllah) bisa menjadi pelaksana/pekerja yang baik jika konsepnya sesuai. Aku dari dulu lebih senang menjadi penonton daripada pemain. Sibuk menyaksikan, mengkritik, memberi komentar (positif dan negatif) sebuah organisasi. Sejak dulu. Ini membuat aku lebih banyak su-uzzhon terhadap fotar.
Aku tau ini sangat tidak baik, sehingga aku sering memendamnya sendiri. Hanya diungkapkan kepada orang-orang yang aku percaya. Walaupun nanti aku tidak mendapat jawaban dan respon yang sesuai dengan keinginanku. Aku pun sampai saat ini masih terus berusaha untuk tidak hanya menjadi penonton, tapi juga pemain sehingga perubahan yang aku dan kami inginkan bisa terwujud.
Sebenarnya, aku masih kabur dengan tujuan fotar itu sendiri. Kalau dibilang lebih ke eksternal, aku melihat fotar itu eksklusif sehingga membuat sebagian orang membangun jarak antara mereka dan fotar. Karna itu, tujuan menjadi sulit dicapai. Kalau dibilang lebih ke internal, aku rasa fotar kurang memiliki program pembinaan organisasi atau individu dalam organisasi sehingga kematangan organisasi itu tidak terbentuk.
Jujur saja, aku dulunya menerima tawaran masuk ke fotar (selain ta'limat) juga karna aku mengira, bersama fotar aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik, karna aku sadar aku masih jauh dari gelar 'sholehah'. Tapi ternyata perkiraanku tidak 100% benar (entah brapa persen kebenarannya). Malah aku merasa, disatu sisi aku dibuat lemah.
Contohnya saja, aku dalam masalah waktu termasuk yang disiplin. Diminta datang jam segini, ya aku datang tepat atau beberapa menit sebelum waktu. Tapi sejak di UIA dan fotar aku diajari secara tidak langsung bahwa ketika sebuah acara disebutkan mulainya jam 8, bisa dipastikan pembukaan sebenarnya baru akan dimulai 30 menit atau bahkan 1 jam setelah itu. Perlahan aku dibiasakan dengan metode seperti itu, dan ini sangat berpengaruh pada pribadiku. Ini menjadi cambuk bagiku untuk secara total mengubah niat mengapa aku bergabung ke fotar.
Selanjutnya, banyak lagi kesan-kesan yang disampaikan akhwat yang lain, yang aku sependapat dengan mereka. Tapi, ada satu topik yang menjadi perhatian setiap kami. Isu ini pertama kali disampaikan oleh laila selaku muslimah yang berprinsip "berdiri diatas semua golongan" :)
Aku sedikit memberi tanggapan terhadap isu ini. Aku bilang.. Memang hampir semua pengurus fotar sudah punya kecendrungan dan afiliasi pada sebuah partai politik. Tapi perlu dipahami, kecendrungan dan afiliasi ini muncul jauh sebelum fotar terbentuk, jika memang ada yang menjadi cendrung pada partai tersebut setelah masuk ke fotar, ya itu kembali ke pilihan pribadi masing-masing.
Aku sedikit meng-analogikan ini, terlepas dari tepat atau kurang tepat (mohon diingatkan). Aku mengibaratkan begini, dalam sebuah masyarakat ada beberapa orang yang ingin menyebarkan kebaikan. Tapi mereka sadar, jika mereka berjalan sendiri-sendiri, perjalanan mereka akan terasa pelan dan melelahkan. Oleh karna itu, mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah kumpulan.
Ketika kumpulan sudah terbentuk, kebetulan dalam kumpulan itu, semua anggota adalah pedagang minyak wangi, dan minyak wangi yang mereka jual sama, minyak wangi A. Jadilah, selain membicarakan tentang keorganisasian, mereka juga membahas tentang pasar minyak wangi A. Seiring berjalannya waktu, ternyata ada banyak orang yang ingin bergabung untuk menyebar kebaikan secara jama'ah.
Orang-orang yang baru bergabung ini ternyata juga penjual minyak wangi. Sayangnya minyak wangi yang dijual adalah minyak wangi B, saingannya minyak wangi mereka (anggota pertama). Ada juga yang menjual semua jenis minyak wangi, (A,B,C,D,E,F,G,H,I, dan J). Dan ini membuat mereka sadar, bahwa tidak ada celah lagi bagi mereka untuk membicarakan bisnis mereka dalam organisasi.
Tapi, karna terbiasa mungkin ya, jadi beberapa penjual minyak wangi A keceplosan, sehingga tersebutlah isu-isu perdagangan mereka beserta merk minyak wangi yang mereka jual. Ini terdengar oleh para saingan sehingga mereka mengait-ngaitkan kalau organisasi ini adalah organisasi perdagangan minyak wangi A. Padahal sebenarnya organisasi yang mereka buat, terlepas dari semua isu-isu bisnis.
Begitulah analogi sederhana dan mungkin kurang begitu tepat yang aku sampaikan. Seperti yang kak ratih ungkapkan, fotar dan partai itu dua hal yang berbeda. Tapi afiliasi anggota fotar kepada sebuah partai itu urusan dan pilihan pribadi bukan arahan, permintaan, apalagi paksaan fotar. Jadi menurut aku, tidak layak jika ada orang yang menuduh-nuduh seperti itu.
Tapi aku pribadi, berterima kasih sekali kepada para penyebar isu. Aku selaku anak PKS (personal) sangat bahagia karna orang-orang selalu mengaitkan kebaikan-kebaikan yang dilakukan orang lain sebagai salah satu rangkaian program PKS (walupun sebenarnya tidak begitu). Istilahnya, dapat promosi (yang baik-baik) gratisan :)
Sesi sharing moment ini berlangsung sampai lewat jam 1 dini hari. Aku yang seharian belum istirahat sebenarnya sudah merasa lelah, tapi karna topiknya menarik, ini membuat mataku melek. Intinya ya, masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dan dipermak dalam tubuh fotar dan beban ini tentu tertuju pada kami yang dianggap muda (semoga kami bisa). Dan juga, fotar itu bukan organisasi binaan PKS, tapi ini hanya LDK biasa yang berada di kampus kita.
Sekitar pukul 1.30 akhirnya majlis ini ditutup dan kami semua bersiap untuk istirahat. Kak ratih mengingatkan agar kami bangun pukul 5 untuk shalat tahajjud. Mungkin karena kelelahan dan telat tidur, ngga ada satupun yang terbangun tepat pukul 5. Beberapa sih ada karna mendengar alarm masing-masing, tapi mungkin karna masih menikmati alam bawah sadar, alarmnya dimatiin tidurnya dilanjutin. Haha..
Anyway, it was a very very nice gathering. Thank's a lot buat kak ratih yang sudah mencarikan lokasi untuk ditempati, dan juga kakak-kakak lain yang perannya tak bisa dikesampingkan. Jazakunnallaahu ahsanal jazaa', uhibbukunna fillaah~
Nah, jadi acara ini seharusnya dimulai secara resmi sekitar pukul 7.00. Tepat pukul 5.30 aku yang baru selesai ngajar di daerah ampang, langsung ngebut menuju lokasi mabit. Sebenarnya jam 6.30 aku sudah bisa sampai ke lokasi, tapi karna hujan dan 'nyasar-nyasar' yang tak terhindarkan jadinya aku nyampe setelah rombongan pertama baru mendarat.
Tapi aku dibuat galau, karna aku ngga dapat arahan yang jelas baik dari pelaksana, maupun dari pakcik-pakcik yang aku tanyai. Makanya aku sempat manyun waktu ketemu sama rombongan pertama yang terdiri dari kak ratih, kak amirah, laila, dan hanifah (afwan ya akhwat).
Tapi ya, it's our day lah ya. Ngga mungkin karna masalah yang sepele itu (walaupun menguras tenagaku untuk jalan kaki) semua jadi kena batunya. Ngga logis dan ngga etis. Ya udah deh, dengan jurus pendekatan ala kak ratih (minta maaf dan suka nanya-nanya yang menuntut aku untuk ngomong) semua perlahan luntur. Hilang seketika.
Sebenarnya lagi, setelah isya kami sudah harus memulai agenda. Pembukaan mabit, sharing moment dan uneg-uneg. Tapi, entah kenapa rombongan kedua yang terdiri dari kak puti, kak oya, kak radhiyah, kak evi, dan kak tami itu telat. Ya, terpaksa semua jadwal jadi diundur. Ini nih, yang membuat sebagian kita jadi agak jengkel. Kurang komunikasi penyebabnya.
Nah, setelah rombongan kedua nyampe, terus mereka makan, shalat, dan beberes, barulah lingkarannya kita bentuk. Lingkaran cinta. Agenda langsung dibuka tanpa tilawah. Dipimpin kak oya, kami semua diminta mengungkapkan perasaan masing-masing terhadap fotar. Berat sih sebenarnya, tapi ya ini demi keberlangsungan fotar sebagai organisasi tarbiyah yang lebih baik.
Mungkin aku disini ngga akan membahas banyak tentang uneg-uneg semua akhwat. Jika aku tulis semua, bakal terbentuk sebuah mini novel deh kayaknya (haha). Aku hanya akan menulis hal-hal yang aku sampaikan sendiri. Semoga dengan tercatat dan tersimpan disini, ia selalu bisa menjadi reminder buat diriku sendiri.
Jadi, sebelum aku memberi uneg-uneg malam itu, aku menjelaskan background keorganisasian aku itu seperti apa. Dengan begitu, aku berharap masing-masing dapat menebak pola pikir aku terhadap fotar. Aku ini adalah seorang yang tak pernah terjun secara 'nyata' dalam organisasi baik di SMP maupun di MA.
Aku bukan konseptor yang baik, tapi aku (insyaAllah) bisa menjadi pelaksana/pekerja yang baik jika konsepnya sesuai. Aku dari dulu lebih senang menjadi penonton daripada pemain. Sibuk menyaksikan, mengkritik, memberi komentar (positif dan negatif) sebuah organisasi. Sejak dulu. Ini membuat aku lebih banyak su-uzzhon terhadap fotar.
Aku tau ini sangat tidak baik, sehingga aku sering memendamnya sendiri. Hanya diungkapkan kepada orang-orang yang aku percaya. Walaupun nanti aku tidak mendapat jawaban dan respon yang sesuai dengan keinginanku. Aku pun sampai saat ini masih terus berusaha untuk tidak hanya menjadi penonton, tapi juga pemain sehingga perubahan yang aku dan kami inginkan bisa terwujud.
Sebenarnya, aku masih kabur dengan tujuan fotar itu sendiri. Kalau dibilang lebih ke eksternal, aku melihat fotar itu eksklusif sehingga membuat sebagian orang membangun jarak antara mereka dan fotar. Karna itu, tujuan menjadi sulit dicapai. Kalau dibilang lebih ke internal, aku rasa fotar kurang memiliki program pembinaan organisasi atau individu dalam organisasi sehingga kematangan organisasi itu tidak terbentuk.
Jujur saja, aku dulunya menerima tawaran masuk ke fotar (selain ta'limat) juga karna aku mengira, bersama fotar aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik, karna aku sadar aku masih jauh dari gelar 'sholehah'. Tapi ternyata perkiraanku tidak 100% benar (entah brapa persen kebenarannya). Malah aku merasa, disatu sisi aku dibuat lemah.
Contohnya saja, aku dalam masalah waktu termasuk yang disiplin. Diminta datang jam segini, ya aku datang tepat atau beberapa menit sebelum waktu. Tapi sejak di UIA dan fotar aku diajari secara tidak langsung bahwa ketika sebuah acara disebutkan mulainya jam 8, bisa dipastikan pembukaan sebenarnya baru akan dimulai 30 menit atau bahkan 1 jam setelah itu. Perlahan aku dibiasakan dengan metode seperti itu, dan ini sangat berpengaruh pada pribadiku. Ini menjadi cambuk bagiku untuk secara total mengubah niat mengapa aku bergabung ke fotar.
Selanjutnya, banyak lagi kesan-kesan yang disampaikan akhwat yang lain, yang aku sependapat dengan mereka. Tapi, ada satu topik yang menjadi perhatian setiap kami. Isu ini pertama kali disampaikan oleh laila selaku muslimah yang berprinsip "berdiri diatas semua golongan" :)
Aku sedikit memberi tanggapan terhadap isu ini. Aku bilang.. Memang hampir semua pengurus fotar sudah punya kecendrungan dan afiliasi pada sebuah partai politik. Tapi perlu dipahami, kecendrungan dan afiliasi ini muncul jauh sebelum fotar terbentuk, jika memang ada yang menjadi cendrung pada partai tersebut setelah masuk ke fotar, ya itu kembali ke pilihan pribadi masing-masing.
Aku sedikit meng-analogikan ini, terlepas dari tepat atau kurang tepat (mohon diingatkan). Aku mengibaratkan begini, dalam sebuah masyarakat ada beberapa orang yang ingin menyebarkan kebaikan. Tapi mereka sadar, jika mereka berjalan sendiri-sendiri, perjalanan mereka akan terasa pelan dan melelahkan. Oleh karna itu, mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah kumpulan.
Ketika kumpulan sudah terbentuk, kebetulan dalam kumpulan itu, semua anggota adalah pedagang minyak wangi, dan minyak wangi yang mereka jual sama, minyak wangi A. Jadilah, selain membicarakan tentang keorganisasian, mereka juga membahas tentang pasar minyak wangi A. Seiring berjalannya waktu, ternyata ada banyak orang yang ingin bergabung untuk menyebar kebaikan secara jama'ah.
Orang-orang yang baru bergabung ini ternyata juga penjual minyak wangi. Sayangnya minyak wangi yang dijual adalah minyak wangi B, saingannya minyak wangi mereka (anggota pertama). Ada juga yang menjual semua jenis minyak wangi, (A,B,C,D,E,F,G,H,I, dan J). Dan ini membuat mereka sadar, bahwa tidak ada celah lagi bagi mereka untuk membicarakan bisnis mereka dalam organisasi.
Tapi, karna terbiasa mungkin ya, jadi beberapa penjual minyak wangi A keceplosan, sehingga tersebutlah isu-isu perdagangan mereka beserta merk minyak wangi yang mereka jual. Ini terdengar oleh para saingan sehingga mereka mengait-ngaitkan kalau organisasi ini adalah organisasi perdagangan minyak wangi A. Padahal sebenarnya organisasi yang mereka buat, terlepas dari semua isu-isu bisnis.
Begitulah analogi sederhana dan mungkin kurang begitu tepat yang aku sampaikan. Seperti yang kak ratih ungkapkan, fotar dan partai itu dua hal yang berbeda. Tapi afiliasi anggota fotar kepada sebuah partai itu urusan dan pilihan pribadi bukan arahan, permintaan, apalagi paksaan fotar. Jadi menurut aku, tidak layak jika ada orang yang menuduh-nuduh seperti itu.
Tapi aku pribadi, berterima kasih sekali kepada para penyebar isu. Aku selaku anak PKS (personal) sangat bahagia karna orang-orang selalu mengaitkan kebaikan-kebaikan yang dilakukan orang lain sebagai salah satu rangkaian program PKS (walupun sebenarnya tidak begitu). Istilahnya, dapat promosi (yang baik-baik) gratisan :)
Sesi sharing moment ini berlangsung sampai lewat jam 1 dini hari. Aku yang seharian belum istirahat sebenarnya sudah merasa lelah, tapi karna topiknya menarik, ini membuat mataku melek. Intinya ya, masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dan dipermak dalam tubuh fotar dan beban ini tentu tertuju pada kami yang dianggap muda (semoga kami bisa). Dan juga, fotar itu bukan organisasi binaan PKS, tapi ini hanya LDK biasa yang berada di kampus kita.
Sekitar pukul 1.30 akhirnya majlis ini ditutup dan kami semua bersiap untuk istirahat. Kak ratih mengingatkan agar kami bangun pukul 5 untuk shalat tahajjud. Mungkin karena kelelahan dan telat tidur, ngga ada satupun yang terbangun tepat pukul 5. Beberapa sih ada karna mendengar alarm masing-masing, tapi mungkin karna masih menikmati alam bawah sadar, alarmnya dimatiin tidurnya dilanjutin. Haha..
Anyway, it was a very very nice gathering. Thank's a lot buat kak ratih yang sudah mencarikan lokasi untuk ditempati, dan juga kakak-kakak lain yang perannya tak bisa dikesampingkan. Jazakunnallaahu ahsanal jazaa', uhibbukunna fillaah~