- Back to Home »
- Corat-coret , Opini »
- Sindir-Menyindir
Bulan baru, harus ada semangat baru. Semangat menulis! Semoga yang
tertulis selama ini tidak satupun yang bernilai keburukan. Aamiin..
Hari ini menarik. Menarik untuk mengingat keburukan diri yang secara tidak langsung diingatkan oleh sahabat sendiri.
Seperti yang tertulis di judul, sindir-menyindir. Jujur saja, ini
kebiasaanku yang dianggap buruk oleh orang lain.
Aku suka sekali menyindir terhadap sesuatu yang tidak sejalan dengan
alur pemikiranku. Apalagi terhadap sesuatu yang membuatku kesal. Aku
selalu menyindir orang yang bersangkutan lewat tulisan. Aku tau ini kurang baik, karnanya aku sudah jarang mempraktekkannya.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan tulisan sindiran yang kubuat karna ia
bersifat general. Aku tidak menulis secara jelas ataupun nyata siapa orang yang aku
sindir. Dan tidak ada yang bisa menebak tujuanku kecuali orang-orang yang
terlibat.
Jadi menurutku, jika yang ditakutkan adalah masalah tersebarnya aib, itu
akan menjadi alasan yang tak masuk akal. Karna tak akan ada orang yang
tau kecuali orang yang memang sudah mengetahui masalah sebelumnya.
Sekedar opini pribadi, menyindir ini cara terbaik kedua setelah
menasehati atau memberi tau secara langsung. Kenapa? Karna kita berusaha
menyadarkan orang secara tak langsung. Jika merasa tersindir berarti
dia masih punya rasa bersalah. Jika tidak merasa, berarti ada yang
salah.
Untuk kita ketahui bersama, kesalahan yang kita sadari sendiri jauh
lebih membawa dampak daripada kesalahan yang diingatkan orang lain. Jadi
sindiran ini hanya sebagai pancingan aja agar kita bisa tersadar dengan
sendirinya. Kalau ngga sadar, berarti emang harus dibicarakan secara
"empat mata". Haha.
Dengan menyindir, orang yang merasa tersindir bisa langsung menghubungi
kita untuk klarifikasi. Jadi dengan itu, tidak ada yang terpublikasi
secara nyata. Kecuali kalau orang yang merasa tersindir tetiba komen di
FB atau dimanapun yang bersifat public. Dan itu kesalahan dia sendiri,
bukan kesalahan penyindir.
Aku memang begini. Aku yang menumbuhkan sendiri sifat ini, baik didapat
karna sering menjadi korban sindiran, maupun yang belajar secara
personal. Tapi aku juga perlahan mencoba menguranginya karna "mudharat-nya lebih banyak daripada manfaatnya".
Tapi, FYI.. Untuk sindiran karna pemikiran yang tak sejalan, hampir semua orang yang pernah aku sindir adalah
orang-orang yang sudah paham hukum dari 'tema' yang dijadikan sindiran.
Misalnya ni ya, ada orang yang nulis status bahwa dia punya pacar.
Sebagai tamatan pesantren, seharusnya dia tau apa hukum pacaran. Nah,
disanalah aku melancarkan serangan sindiran, baik di statusku ataupun
langsung komentar di status orang tersebut.
Tapi, untuk
orang yang terlihat tidak mengetahui sebuah hukum, aku rasanya tak
pernah menyindir. Karna sindiran bakal percuma, dia ngga bakal paham.
Nah, dengan orang seperti ini barulah aku memakai metode
'nasehat-menasehati'.
Nah, jika sindiran itu terbit karna kekesalanku, itu lebih karna pengaruh emosi saja. Karna emosiku tak tersalurkan dengan baik, makanya terlahirlah tulisan sindiran. Haha..
Intinya, jangan mancing-mancinglah ya.. :D
Anyway, aku mohon ma'af buat yang selama ini pernah atau sering menjadi
korban sindiran. Yang merasa tersindir, itu tandanya kalian masih orang
baik dan aku harus belajar banyak dari kalian untuk mendapatkan 'rasa'
itu.
Udah itu aja, Barakallaah~