- Back to Home »
- Catatan »
- "PKS dan IM" -Sebuah Jawaban-
Sebenarnya sudah lama pertanyaan ini terbersit dalam jiwa "apakah ada hubungan antara PKS dan IM". Karna kalau dilihat-lihat, banyak buku-buku pegangan kader PKS merupakan buah karya dari ulama-ulama petinggi IM. Namun, rasa ingin tahu ini perlahan hilang ditelan zaman karna tak kunjung ditanyakan.
Sampai pada suatu hari di dalam sebuah majelis, seorang sahabatku mengajukan sebuah pertanyaan kepada pembicara dalam majelis tersebut. Pertanyaan ini mewakili perasaanku yang dulu, dan seolah membuka kembali luka yang sudah mengering (lebay ngga nyambung). "Apakah PKS itu adalah cabang IM di Indonesia?". Aku kembali dihujam rasa penasaran yang mirip dengan beberapa tahun silam.
Pembicara menjawab pertanyaan sahabatku sesuai dengan apa yang dia tahu dan dia pahami. Tapi, aku merasa tidak puas dengan apa yang disampaikan. Aku tidak hendak memperpanjang perbincangan di dalam majelis tersebut karna waktu saat itu amat terbatas. Aku menggunakan caraku sendiri untuk mendapatkan jawaban yang menenangkan hati.
Akhirnya aku memutuskan untuk bertanya kepada beberapa orang yang menurutku memiliki jawaban yang bisa memuaskanku. Melalui akun twitterku, aku langsung mention dan bertanya pada om akmal (@malakmalakmal). Melihat tweet-ku, seorang seniorku, ustadzah Qoriatul Hasanah membalasnya dan menulis "lihat di buku SJD (sepanjang jalan dakwah) pak Tifatul, bab 22 halaman 287".
Aku terperangah, mengetahui bahwa buku yang disebutkan sudah lama bertengger tenang di sudut lemari kamar. Ternyata jawaban dari pertanyaanku sudah tersedia dan berada tepat disekitarku. Aku tidak mengetahuinya karna tidak sempat membaca buku tersembut sampai tuntas. Aku sejenak merasa menjadi orang paling OON. *tepok jidad*
Sebelum aku menyerbu buku SJD, aku mendapat balasan dari om akmal. Beliau menulis "Sebenarnya IM menginspirasi banyak orang dan kelompok (tidak hanya PKS -pen). Dan yang namanya gagasan, sah-sah saja untuk diadopsi siapapun". Jawaban om akmal ini mudah sekali aku tangkap dan sedikit banyak sudah membuatku tenang.
Sebenarnya, sebelum mendapatkan jawaban, aku mencoba berpikir dan berasumsi bahwa PKS itu bukan turunan IM. Opiniku melayang-layang bebas dipikiran, tapi tidak terceritakan secara rapi. Aku berusaha membangun jawaban sendiri sebelum menerima jawaban orang lain. Dan ternyata jawaban om akmal berbanding lurus dengan jawabanku begitu juga dengan ulasan yang ada di buku SJD.
Anyway, jazakumullah buat yang sudah terlibat menjawab terkhusus buat om akmal dan kak qori, dan terima kasih banyak karna sudah mengingatkanku kembali.
Buat yang tidak memiliki bukunya, disini aku akan berbagi sedikit cuplikan penting yang ada di bab 22 tentang "PKS dan IM".
***
Ideologi yang mewarnai PK ketika itu adalah buah dari tarbiyah yang selama ini ditanaman, sehingga tidak perlu memakai ideologi dari negara lain. Dari aspek konstitusional dan undang-undang tentang parpol di Indonesia sendiri menegaskan, parpol di dalam negri dilarang berafiliasi dengan pihak-pihak asing.
"Kalaupun ada kesan kesamaan antara PK dan IM," kata Tifatul, "itu tak lebih dari pemikiran-pemikiran pejuang Islam masa dulu, seperti pola pembinaan dan tahapan-tahapannya. Tapi itu bukan berarti PK telah beraliansi. Saya akui secara pemikiran beberapa kader dipengaruhi pemikiran-pemikiran Hasan Al-Banna, Maududi, dan Qutub".
"Hal ini bukan sesuatu yang aneh, karna salah satu konklusi dalam tesis saya ketika studi di Islamabad, Pakistan, adalah bahwa gerakan-gerakan Islam hampir seluruhnya terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran ketiga tokoh tersebut. Kami berdemokrasi dengan koridor konstitusi NKRI" ujar Tifatul menegaskan.
"Adanya isu dana yang mengalir dari luar negri pun", sambungnya, "hanya sekedar isapan jempol belaka. Kalau kecurigaan dana dari IM, tentu itu suatu hal yang mustahil. Karna kondisi mereka sendiri sangat kekurangan dan kesulitan dalam memenuhi pendanaan mereka".
Kecemburuan terhadap soliditas PK ini dibumbui oleh berita karangan wartawan asing yang selalu mengait-ngaitkan PK dengan gerakan Islam di luar negri. "Selama ini kita melakukan sesuatu sesuai dengan koridor hukum, demokrasi, dan konstitusi di Indonesia. Kita mendukung NKRI, membela Bhinneka Tunggal Ika, dan juga mengakui pancasila dan UUD 45" kata Tifatul.
***
Semoga bermanfaat. Barakallaah~