Archive for November 2014

Perantara Cinta~

Ini kisah kakakku, kak Diniy Miftahul Muthmainnah. Tentang perjalanan menuju cintanya. Hmm.. Ngga juga sih, lebih tepatnya ini ceritaku sebagai perantara cinta. Hahahahaha.. :D

***

Sejak tahun 2013 lalu, aku mulai menerima request pertemanan Facebook secara masif. Apalagi jika yang request juga temenan sama FB ummi dan buya. Dan salah satu pengguna FB yang beruntung itu adalah Faguza Abdullah.

Aku sedikitpun tak mengenalnya. Yang aku tahu, dia aktif. Hahahaha. Sampai ketika di penghujung bulan oktober, tepatnya tanggal 24 tahun 2013, he sent me an inbox. Kayaknya ngajak chatting panjang lebar. Dan aku ladeni sewajarnya.

Ternyata chatting-an yang terjadi beneran panjang. Setelah kenalan, dan diketahui namanya fajri, dia mulai basa-basi nanya tentang hobby menulisku. Dengan malu-malu kucing, aku jawab aja sekenanya. Dan endingnya dia menawarkan projek menulis di media online yang baru dirintisnya.

Tertarik. Aku senang hati menerima tawarannya. Aku mikirnya, biar nge-net aku ada manfaat lebih. Tapi, aku agak sedikit bermasalah dengan targetan ataupun komitmen. Bukannya ngga bisa komit, tapi dengan kondisi perkuliahan yang ngga boleh diduakan, makanya aku merasa agak berat. Tapi ya learning by doing lah ya, kalau udah terbiasa, insyaAllah bisa.

Berbulan-bulan berlalu sudah, hingga akhirnya di bulan (lupa) tahun 2014, bang fajri nge-chat. Tema chat-nya berbeda dari biasanya. Kalo biasanya tentang medianya, sekarang tentang abangnya. Hahahaha. Ada apa dengan abangnya?

Ya, jadi bang fajri ni lagi nyariin jodoh buat abangnya. Dia udah lebih dulu menikah dan melangkahi seorang abangnya yang nomor tiga. Sebagai adik yang baik, tentu dia tidak tinggal diam. Dia berusaha mencarikan orang yang menurutnya cocok dengan abangnya. Dan pilihannya jatuh pada kakakku.

Okay. Aku ngga tau kenapa dia punya firasat kalo abangnya dan kakakku itu berjodoh. Katanya setelah dia kepoin FB kak diniy, melihat tingkah polah, serta posenya di FB, bang fajri merasa mereka serasi. Ketika perasaannya itu muncul, ketika itulah dia minta aku untuk bertanya kesediaan kak diniy.

Namun, saat itu aku tahu kondisi hati kak diniy lagi ngga fit. Dia lagi ngga bisa menerima siapapun untuk perlahan menyelinap masuk ke hatinya. Dia butuh waktu untuk menenangkan diri. Tapi, tanpa aku tanya ke kak diniy, aku langsung beri jawaban ke bang fajri "kayaknya ngga dulu deh bang". Dan proses pun berakhir.

Ternyata si bang fajri ini ngga nyerah. Kayaknya firasatnya teramat kuat sehingga beberapa bulan setelah itu dia nge-chat lagi dan memintaku untuk bertanya ke kak diniy (lagi). Heh, ya udah deh aku tanyain, kasihan juga ni abang yang untuk kedua kalinya berusaha 'dapatin' kak diniy. Walaupun kali ini ujung permintaannya agak beda "kalau kak diniy ngga mau, minta tolong dia buat nyariin temannya yang dokter". Gitu deh..

Then, jadilah aku mediator keduanya. Dibilang mak comblang, ngga juga sih, cukup perantara aja, perantara cinta Hahahaha. Dan akhirnya aku tanyain kak diniy, aku ajukan tawaran dengan memberikan data-data bang hafiz (abangnya bang fajri) yang didapat dari bang fajri. Aku udah kayak salesman aja yang nawar-nawar sambil nyebutin kelebihan yang ditawar. Wkwkwkwk

Awalnya kak diniy belum bisa memulainya, tapi akhirnya dia kuatkan diri untuk mencoba. Barangkali jodoh, who knows? Tapi tetap aja, masih ada kebimbangan sehingga keluar kata-kata "tapi kalau ngga jadi, ngga masalah kan ya?". Aku jawab aja, kalau jodoh mah serumit apapun perjuangannya, pasti jadi juga ujungnya. Kalo kagak jodoh, juga bakal dikasih tau lewat proses-proses kedepan. Okkesiiip, dan proses pun dimulai.

Tentu kabar perjodohan kak diniy harus diketahui ummi dan buya. Yang pertama kali dikasih tahu oleh kak diniy itu, ya ummi. Kak diniy menceritakan semua proses yang udah dia jalani ke ummi, sampai akhirnya ummi menelponku meminta kejelasan dan bertanya tentang siapa yang bakal menjadi calon menantunya. Dan aku jelasin semampuku.

Tak lama setelah itu, mungkin ummi bercerita ke buya. Tapi dari cerita ummi, ada informasi yang belum buya dapatkan dan ingin buya ketahui. Karena itu, buya menelponku dan bertanya ini itu tentang siapa bang hafiz, bang fajri, kerjaannya, lulusan mana, dan berbagai pertanyaan yang terlintas dipikiran buya saat itu. Aku yang menjawab jadi rada was-was, takut kalau jawabanku merusak rencana. Duh!

Tapi semuanya alhamdulillah berjalan lancar. Sesi interview antara aku, ummi, dan buya berlangsung baik. Tidak ada respon negatif dari pihak manapun, walaupun buya cukup heran juga, karena aku belum pernah sekalipun ketemu bang fajri, apalagi bang hafiz. Iya memang, aku dan bang fajri baru kenal lewat FB dan belum pernah bicara face-to-face sekalipun. Hehehe..

Lanjut..

Karena bang hafiz ini dinas di Aceh, jadi belum ada proses 'bertemu' atau 'tatap muka' hingga di penghujung bulan Ramadhan. Selama itu hanya ada komunikasi seperlunya lewat handphone ataupun media sosial. Sekali-sekali ketika menelepon, bang hafiz juga ngajak ngobrol calon mertua dan calon adik-adik iparnya. Hehehe..

Anyway, proses berjalan ngga begitu mulus. Banyak gejolak-gejolak emosi yang terjadi. Seperti ketika kak diniy diminta untuk mendatangi keluarga bang hafiz. Haa?! Aku aja kaget, karena biasanya yang laki yang mendatangi keluarga si perempuan, tapi kok ini kebalik ya? Kak diniy pun mengeluarkan respon yang sama.

Tapi, sebagai perantara yang baik, aku berikan penjelasan ke kak diniy yang kudapat dari bang fajri. Jadi ceritanya itu, bang hafiz ini anak yang sangat patuh sama orangtuanya. Jadi, kalau mamanya setuju dengan kak diniy, akan mudah lagi bagi bang hafiz untuk menerima kak diniy.

Nah lho? Jadi bang hafiz ni ngga tau kalau dia lagi dijodohin sama kak diniy? Jawabannya ya enggak. Ini murni inisiatif adiknya yang baik hati dan tidak sombong itu (:p). Tahu gitu, kak diniy jadi rada takut. Takut ditolak calon mertua. Tapi, sebelum proses itu disetujui, aku udah protes ke bang fajri. Kenapa musti begini begitu, kenapa semuanya musti ngikut flow-nya bang fajri.

Akhirnya, karna sering protes, banyak proses yang dirancang bang fajri ngga berjalan sesuai harapannya. Jikapun berjalan, ngga sesuai dengan alur waktu yang ditetapkan. Seperti proses ketemu calon mertua yang kalo ngga salah alurnya berpindah. Jadinya ketemu bang fajri dan istrinya dulu. Hahahaha..

Oya, istrinya bang fajri ni seangkatan kak diniy di UNAND, tapi beda jurusan. Jadi, aku minta kak diniy untuk saling kontakan sama kak elsa (istri bang fajri) kalau ada yang mau dia tanyain. Termasuk ketemu calon mertua itu, kak diniy akan ditemani kak elsa.

Selain itu, aku bahkan pernah hampir putus asa karena tuntutannya bang fajri. Habis, bang fajri tu "banyak kandak". Tapi kandaknya tu ngga sesuai dengan realita yang ada. Dia maunya kita ikutan flow dia, tapi he didn't know a lot about my sister. Siapa yang ngga protes? Bayangkan aku yang masih unyu-unyu ini harus mengurus hal beginian. Sesaknya tuh disini.. ♥

Setelah beberapa minggu, setelah komunikasi semakin terjalin erat dan semakin dekat, akhirnya tibalah masanya ketika bang hafiz pulang ke padang. Beberapa hari setelah itu, akhirnya dia memberanikan diri untuk menghadap buya dan ummi. You know, it is my first time to see this process.. Hihihi

Alhamdulillah proses awal dimulai dengan baik. Ummi dan buya pun menunjukkan respon yang positif kepada calon menantunya. Ya, walaupun kadang buya dan ummi masih suka nanyain ke aku tentang bang hafiz. Mungkin antara haru, bahagia, dan tak menyangka kalau sebentar lagi mereka bakal punya menantu. :D

Anyway, alhamdulillah syukur yang tak pernah henti terucap atas rahmat dan cinta Allah kepada aku sekeluarga. Pada akhirnya proses ini berujung manis dan bahagia pada tanggal 17 Oktober 2014. Do'aku selalu untuk keberkahan keluarga kak diniy dan bang hafiz. Semoga tercipta keluarga sakinah mawaddah wa rahmah abadan hingga jannah dan terlahir generasi rabbani penuh berkah.

Love you both~
Love you all~


- Copyright © 2013 Shofia Shabrina -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -