Archive for Desember 2014

Wanita, Kau Begitu Berharga~


Di zaman sebelum diutusnya Nabi Muhammad ke bumi Arab, manusia pada saat itu berada di masa kejahiliyahan, masa kebodohan. Kebanyakan dari mereka adalah budak hawa nafsu. Mereka menghormati para raja dan petinggi-petinggi suku, tapi tidak orang-orang dengan kasta yang lebih rendah dari mereka. Bahkan wanita, tak memiliki harga dan tak sedikitpun diberi penghormatan. Padahal mereka terlahir dari rahim-rahim ibu mereka, para wanita.

Hadirnya Islam yang dibawa Nabi Muhammad bagaikan cahaya, membawa rahmat bagi semesta. Menerangi jiwa-jiwa gulita dan memurnikan hati-hati yang ternoda nista. Islam telah menjernihkan kebodohan menjadi intelektualitas yang tak tertandingi. Serta Islam telah mengangkat derjat wanita dari tiada menjadi berharga. Wanita tak lagi layak dicaci maki, karena Islam memerintahkan untuk mencintai. Mereka tak lagi berkedudukan rendah, karena Allah telah memberikannya darjah melimpah.

Wanita, begitu berharga dimata Islam. Karena itu ia harus dijaga layaknya raja yang melindungi tahta dan mahkotanya. Justru gerakan-gerakan emansipasi ataupun feminisme yang katanya bergerak untuk menyamaratakan dan menyelaraskan posisi wanita dan pria itu, malah telah menurunkan derjatnya. Bagaimana tidak, Islam sendiri telah meninggikan derjat wanita lebih dari lelaki dalam beberapa hal, tapi gerakan ini malah inginkan mereka sejajar dalam segala hal.

Allah telah mengutamakan wanita dalam banyak hal dibanding laki-laki. Jika boleh, maka para lelaki pun ingin seperti wanita dan mendapatkan keutamaan yang sama tingginya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah pernah ditanya tentang siapa diantara ayah dan ibu yang harus mendapat perhatian paling utama dari seorang anak. Rasulullah menjawab "ibumu" sebanyak tiga kali, lalu disusul oleh "ayahmu" tanpa pengulangan. Kenapa? Karena tak ada yang memungkiri bahwa bagi seorang anak, surga berada di telapak kaki ibu.

Dalam hadits lain dikatakan bahwa wanita, ketika dia menjadi seorang anak, (baik atau buruknya) ia menjadi penentu masuk surga atau tidaknya seorang ayah. Dikatakan bahwa "selangkah seorang gadis keluar rumah dengan tidak menutup auratnya dengan sempurna, maka selangkah juga ayahnya mendekat ke neraka!". Inilah bukti betapa mulianya seorang wanita sehingga ia harus senantiasa terjaga.
Muhammad Ali, mantan petinju legendaris dunia, suatu hari bercengkrama dengan anak gadisnya. Ia berkata "Anakku, segala sesuatu nan berharga dan memiliki nilai tinggi yang diciptakan Tuhan dimuka bumi ini selalu tertutup, terlindungi, dan susah untuk didapatkan."

"Dimanakah kau temukan intan? Jauh didalam tanah, tertutup dan terlindungi."

"Dimanakah kau dapatkan mutiara? Jauh didasar laut, tertutup juga terlindungi dalam kerang-kerang yang keras dan kuat."

"Dimanakah kau jumpai emas? Jauh didalam tambang, tertutup oleh berlapis-lapis bebatuan. Dan engkau harus ekstra bekerja keras untuk mendapatkannya."

Ali lalu menatap anak-anaknya dengan tatapan serius, lalu berkata "Tubuhmu masih bersih dan suci. Dan kamu jauh lebih berharga dari intan, mutiara, dan emas. Maka tubuhmu harus mendapat cover dan perlindungan yang lebih dari benda-benda itu."
Wanita, kau begitu berharga. Hargai dan lindungi dirimu sebagaimana Allah telah menghargai dan melindungimu dengan sebaik-baik penghargaan dan perlindungan. Wallahu a'lam.

*Revisi
*Diterbitkan di www.kliktarbiyah.com

8 Dan 9

8 & 9. Ini adalah nomor punggung dua anak paling kecil di keluarga kami. Namanya Fauzana Syamila dan Ahda Syakira. Mereka terlahir dengan jarak usia 2 tahun 6 bulan (kalau ngga salah hitung). Mereka sekarang duduk dibangku kelas 5 dan kelas 3 SD Adzkia.

Melihat perkembangan anak-anak zaman sekarang, aku sangat tertarik untuk bercerita tentang dua bocah akrab ini. Terkadang mereka disangka kembar karena sering menghabiskan waktu berdua bersama, baik di sekolah maupun di rumah.

Walaupun mereka dekat, yang namanya anak kecil (bahkan yang udah gede pun) pasti mengalami cekcok dan pertengkaran yang menjadi penghias persaudaraan. Tapi, biasanya, ngga berapa lama setelah itu udah baikan lagi, karena bingung 'kalau bertengkar dan ngga main bareng, terus aku mau main sama siapa?'. :D

**********

Pertumbuhan teknologi sangat mempengaruhi kebiasaan anak-anak. Internet yang melekat disetiap perangkat komputer maupun telepon genggam menghadirkan kesenangan tersendiri. Bahkan orangtua pun sengaja memfasilitasi anak-anak mereka agar terlihat keren dan ngga ketinggalan zaman, sehingga mereka meminggirkan konsekuensi atas tindakan ini.

Aku menyaksikan sendiri bagaimana gaya anak-anak SD zaman sekarang. Aku melihat sendiri ketika teman-teman kedua adikku ini mampir ke rumah dengan menggenggam seonggok mesin yang biasa disebut Handphone (hahahaha). Bahkan, milik bocah itu jauh lebih keren dan mahal dari yang aku punya. Luar biasa!

Untuk anak-anak seusia adik-adikku ini, teman memiliki pengaruh yang cukup besar. Mungkin diawal tidak menjadi masalah, tapi semakin banyak yang memiliki mesin ini dan semakin meningkat mode dengan kemunculan tong-tongsis-an, maka keinginan itu semakin menggeliat dan menggerogoti rongga-rongga keinginan mereka.

Suatu hari, Fauzana dan Ahda dengan lagak bercanda pernah minta dibelikan handphone ke ummi dan buya. Bukannya dijawab, mereka malah diberi pertanyaan "emangnya buat apa handphone?". Mereka menjawab dengan polos "iyya, ntar kalau fauzana dan ahda pulang sekolah lebih cepat kan bisa langsung telpon oom". Dijawab lagi "kalau gitu kan bisa pinjam hape ustadzah di sekolah".

Mendengar jawaban itu, mereka tak tahu lagi harus bilang apa. Karena betul apa yang ummi bilang. Ngga harus punya handphone pribadi untuk bisa menghubungi ummi, buya, atau oom. Karena inilah tak seorangpun dari kami yang tidak hafal nomor ummi dan buya (kalau oom, karena sering gonta-ganti jadi ngga hafal :p).

Selain itu mereka juga tahu bahwa tak seorangpun dari kakak-kakak dan abang-abang mereka yang pernah dibelikan hape oleh ummi ataupun buya. Paling pernah dikasih hape-hape sederhana pemberian dari perusahaan yang buya kunjungi. Itupun harus merayu buya dulu agar dapat izin ngambil hape tersebut dengan alasan yang kuat.

Anyway, itulah mereka dengan segala kesederhanaan yang mereka punya. Walaupun internet sudah hinggap di rumah, mereka tetap lebih senang beraktifitas dan memainkan permainan yang melibatkan dan menuntut seluruh anggota badan untuk bergerak, seperti main bola ping-pong, main sepeda, dll. Karena itulah setiap liburan aku selalu ingin pulang agar dapat menemani mereka menikmati masa-masa emas ini. :)

I love you both upiak-upiak! Terus menjadi anak yang sholehah ya, dan semoga cita-cita kalian tercapai. Do'aku slalu menyertaimu. *Rindu*

Keberanian

Islam disebarkan dan dibumikan oleh Rasulullah, para sahabat, dan para pejuang islam dengan modal keberanian. Jika tak ada ini, maka islam tak akan bisa menyentuh kita seperti sekarang.

Keberanian adalah faktor pendukung iman. Syaja'ah adalah keberanian yang didasari pertimbangan yang matang dan penuh perhitungan karena ingin meraih ridha Allah.

Tantangan selalu ada dalam menjalani hidup. Maka keberanian adalah salah satu usaha kita untuk menerjang tantangan yang ada dihadapan kita.

Lawan dari syaja'ah adalah khauf (takut) dan pengecut. Khauf ada 2, yaitu khauf pada Allah dan khauf yang alamiah. Takut yang alamiah tidak boleh melebihi ketakutan kita kepada Allah.

Pencetus sikap keberanian:
1. Rasa takut kepada Allah, dan iman kepada yang ghaib. (Al-ahzab: 39)
Takut pada Allah, menimbulkan keberanian. Ketika kita takut kepada Allah, kita ingin selalu mendekatkan diri kepada-Nya dan melakukan hal-hal yang Dia ridhoi.

2. Kecintaan kepada akhirat. (At-taubah: 38)
Kisah nabi yusuf yang berani melawan saat ia terjepit dalam jebakan perzinaan.
Kisah thalut.

3. Keimanan terhadap alam ghaib.
Keyakinan akan pertolongan Allah dan para malaikat-Nya untuk orang-orang yang beriman.
Kisah Rasulullah yang mengingatkan Abdullah bin harits yang mau masuk islam dengan 2 syarat: tidak dibebankan infaq, karna miskin. Tidak diminta berperang, karena takut.

4. Tidak takut mati. (Ali-imran: 145 dan Al-a'raf: 34)
Hidup mulia atau mati sebagai syuhada.

5. Tawakkal. (Thalaq: 3)
Berserah diri secara total kepada Allah disaat tidak ada peluang lagi untuk berusaha (mentok). Kisah khaulah binti azwar.

6. Izzah (harga diri) dan keinginan untuk memperoleh kemuliaan.

7. Itsar (sikap mementingkan orang lain)
Dalam perang yarmuk, kisah tentang 3 sahabat yang mendahulukan temannya untuk minum ketika mereka terluka dalam perang. Dan mereka berakhir sebagai syuhada.
Bentuk-bentuk keberanian:
1. Keberanian untuk memegang keyakinan yang benar (istiqamah)
2. Keberanian menyatakan kebenaran didepan penguasa yang zhalim.
أفضل الجهاد كلمة عدل عند سلطان جائر
3. Berterus terang dalam kebenaran.
قل الحق ولو كان مرا
4. Keberanian dalam mengakui kesalahan.
Kisah nabi adam yang mengakui kesalahannya yang telah makan buah khuldi kepada Allah.

5. Bersifat objektif terhadap diri sendiri.
Umar bin abdul aziz mengutip khutbah Abu bakar ketika ia diangkat menjadi khalifah. "Aku bukanlah yang terbaik diantara kalian......."

6. Menahan diri ketika marah.
"Orang yang paling kuat bukanlah orang yang hebat berperang, tapi ia yang bisa menahan emosinya."
لاتغضب ولك الجنة
7. Kemampuan menyimpan rahasia.
Penyimpan rahasia Rasulullah: Hudzaifah bin yaman
Tips untuk menggapai keberanian:
- Menegaskan keimanan pada qada dan qadar
- Membenahi tingkat tawakkal kepada Allah
- Melakukan pola latihan bela diri secara sistematis
- Mempelajari biografi para pemberani, mulai dari Rasulullah, sahabat, tabi'in, serta ulama rabbani.
- Mendedikasikan diri untuk mewarisi kebaikan
- Menghindari was-was syetan
*Materi disampaikan dalam acara JR di MD KB*

Bee - Lebah

Selama semester ini aku begitu akrab dengan kata 'lebah'. Kenapa? Karena ada satu aktifitas di sebuah subjek kuliah yang meminta Students untuk memilih binatang yang sesuai dengan karakter mereka.

Ini tentunya bukan untuk menyamakan manusia dengan binatang, karena sudah jelas bedanya. Haha.. Tapi, seperti yang kita tahu, binatang-binatang itu punya sifat-sifat yang unik yang bisa diibaratkan dengan sifat-sifat manusia.

Then, saat itu akupun bingung hendak menulis apa. Seketika terlintas bayangan. Apa itu? Nama aku sendiri! Haha.. Namaku bina. Ada yang nulis beena. Karena itu, sejak SMP (kalau ngga salah) aku mengidentikkan diriku dengan lebah. Bee.

Awalnya ini hanya sekedar nama-namaan doang. Tapi sejak aku menulis 'BEE' ketika aktifitas di kelas itu, aku jadi berfikir, kenapa ya aku merasa akrab dengan ini? Aku merenung, tenggelam memikirkan kesamaan sifat yang mungkin ada. :D

Setelah dikikis-kikis, aku dapati bahwa lebah itu sukanya dapat manfaat dulu dari yang lain baru mau memberi manfaat. Contohnya, lebah itu merupakan salah satu media pengembang-biakan pada bunga.

Ketika dia hinggap pada setangkai bunga untuk menghisap nektar (ngambil manfaat), baru deh serbuk sari menempel di tubuhnya dan berpindah ke bunga lain (memberi manfaat). Betul ngga sih begini? Seingat aku sih. :D

Selain itu ya, lebah ngga suka diganggu. Sekali diganggu sakitnya seumur hidup tu. Coba aja lebah tu diusilin dikit atau sarangnya diisengin, dia bakal ngejar yang gangguin sampai dapat. Sampai dendamnya terbalaskan. Sadis!

Lalu sifat-sifat lebah ini, aku kaitkan dengan sifat aku sendiri. Dan sepertinya agak serupa. Hahahaha.. Tapi tetap aja, aku masih manusia yang merupakan khalifah dimuka bumi ini.

Aku dan kita mungkin saja punya sifat-sifat yang serupa dengan binatang. Tapi dengan adanya hati dan akal yang difungsikan dengan baik dan sesuai aturan Allah, menyebabkan semua pergerakan kita terkontrol dan teratur dalam keimanan.

Sebaliknya, jika kita tenggelam dalam sifat-sifat ataupun nafsu kebinatangan, kita bisa setara atau bahkan bisa lebih buruk dan lebih rendah dari binatang. Lebih hina.

Allah SWT berfirman:
"Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." (QS. Al-Furqan: 44) 
*corat-coret setelah makan siang*

- Copyright © 2013 Shofia Shabrina -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -