Kita sama-sama tahu, pun dalam ilmu psikologi, bahwa lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang. Lingkungan yang baik akan menghasilkan prilaku yang baik, begitu juga sebaliknya. Namun, sebesar apapun pengaruh lingkungan, tetap saja ‘diri sendiri’ menjadi penentu utama beragam bentuk tingkah kita.

Dalam surat at-Tahrim (10-12), Allah telah memberikan perumpamaan sempurna tentang bagaimana ‘diri sendiri’ memiliki pengaruh yang jauh lebih besar dari apapun melalui tiga untai kisah mulia; tentang dua orang istri dari dua nabi, tentang istri raja zhalim sepanjang zaman (fir’aun), dan tentang seorang perawan yang amat dimuliakan.
Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Luth.. (At-Tahrim: 10)
Istri nabi sebagai contoh orang-orang kafir? Golongan yang dimurkai Allah? Yang benar saja. But, that’s the fact bahwa menjadi istri nabi pun tak akan pernah menjamin keimanan dan keteladanan akhlak seseorang (apalagi kita yang bukan istri dari para nabi). Tapi, kok bisa? Jawabannya langsung Allah berikan pada ayat yang sama..
..lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya.. (At-Tahrim: 10)
Pengkhianatan mereka terhadap nabi Nuh dan nabi Luth serta terhadap dakwah yang mereka bawa, menjadi faktor utama atas kekafiran mereka. Maka, tidak ada lagi gunanya keluarga dan lingkungan islami bagi orang-orang telah menutup hatinya dari kebenaran. Maka dua wanita ini adalah contoh bagaimana tidak berartinya lingkungan dalam pembentukan pribadi yang islami.
Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman istri Fir'aun.. (At-Tahrim: 11)
Nah lho, kok kebalik ya? Istri nabi jadi contoh buat orang kafir dan ini istri fir’aun menjadi teladan bagi orang mu’min (?). And the answer is right after the (above) statement!
..ketika dia berkata, "Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim. (At-Tahrim: 11)
Maksudnya? (Ya sama. Awalnya saya juga tidak paham maksud dari untaian indah do’a Asiah ini. Namun setelah mendengar ceramah Ust. Urwah, semuanya menjadi lebih jelas). Jadi gini..

Siapa yang ngga kenal fir’aun? Raja yang kekejaman dan kezhalimannya tiada tandingan, bahkan dengan sombongnya mengatakan kalau ia adalah tuhan (bisa apa dia?). Namun ternyata, dia didampingi oleh seorang muslimah yang ta’at masyaAllah, Asiah. And guess what! Tentu kehidupannya bersama fir’aun penuh dengan kekejaman dan kezhaliman.

Tapi sepertinya kata menyerah tidak ada dalam kamus Asiah. Seperti yang teruntai dalam do’anya, ia tak diminta untuk diringankan beban atau dikuatkan pundak demi menjalani hidup bersama fir’aun. Tapi, aduhai.. Indah sekali! Tingginya obsesi membuatnya hanya fokus pada tujuan - Yaa Rabb, bangunkan untukku istana di surga. Kalau kita udah dapat istana di surga, so pastilah ya kita bakal masuk surga!

Begitulah Rasulullah ajarkan kita “jika kalian meminta sesuatu kepada Allah, maka mintalah surga firdaus (yang paling tinggi)!” - HR. Bukhari. Jangan tanggung-tanggung! Lingkungan Asiah mendukungnya untuk mengingkari Allah, kapan saja. Namun, dirinya memutuskan untuk bertahan dalam keimanan dan memohon perlindungan pada Sang Maha Pemberi Perlindungan sehingga ia tetap kokoh dan teguh dalam keimanan pada Allah.

Pada ayat berikutnya, Allah memberi perumpamaan wanita kedua untuk orang-orang beriman, Maryam binti Imran. Ibu dari nabi Isa as. Kenapa?
..dan (ingatlah) Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia termasuk orang-orang yang taat. (At-tahrim: 12)
Penjagaannya terhadap kehormatan dan harga dirinya, keimanan dan keyakinannya pada Rabb-nya serta keta’atannya padaNya menjadikannya seorang yang mulia dan dimuliakan. Walaupun disekelilingnya berserakan segala cacian dan hinaan yang menggoyah iman. Jika kita mengikuti kisahnya, maka tak ada kata yang bisa diungkapkan selain hanya kekaguman padanya akan kepatuhannya pada perintah Allah - tanpa sedikitpun kata tanya.

Asiah dan Maryam adalah dua wanita teladan sepanjang zaman bagi orang-orang beriman. Bahkan Rasulullah bersabda bahwa mereka adalah dua dari tiga (atau empat) wanita paling sempurna sepanjang masa. Seperti yang ternukil dalam hadits riwayat Bukhari dan juga Muslim.
“Laki-laki yang sempurna itu banyak (para nabi dan rasul semua adalah lelaki sempurna, ma’shum)” ucap Rasulullah, “tetapi tiada wanita yang sempurna kecuali Asiah istri Firaun dan Maryam binti Imran, Sesungguhnya keutamaan Aisyah dibandingkan sekalian wanita adalah sebagaimana keutamaan bubur roti gandum dibandingkan dengan makanan lainnya”.
Maka inilah pelajaran berharga untuk kita semua bahwa seperti apapun lingkungan kita, memberi dukungan atau menjerumuskan, diri kita memiliki peran penting dalam membuat keputusan. Apakah akan tenggelam dalam hingar bingar kenistaan, ataukah bertahan walau berlumur darah perjuangan. Diwarnai ataukah menjadi pemberi warna Islam bagi lingkungan. It depends on us! Maka meneladani Asiah dan Maryam menjadi jawaban ampuh untuk setiap kegelisahan yang menggoyah langkah.

Wallaalu a’lam~

Note: Catatan ringkas dari ceramah Ust. Urwatul Wutsqa, Masjid Jabal Rahmah komplek Semen Padang.

{ 1 komentar... read them below or add one }

  1. hmm.. awal tau ada tulisan si-bina ini jauh beberapa tahun silam.. and well kita dipertemukan, beberapa bulan yg lalu.. lalu, kita dipisahkan kembali... eeh.. ng tauny di izinkan lagi mampir di blog ini..

    salam bahagia ya deek ^^
    kapan balik Padang :)

    BalasHapus

- Copyright © 2013 Shofia Shabrina -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -