10 tahun lalu, ketika aku memutuskan untuk melanjutkan studi di sebuah pesantren yang baru dirintis dan menjadi angkatan kedua, aku tidak begitu tahu siapa saja yang akan menemani hari-hariku selama 'terkurung' disana. Entah aku akan bertemu dengan teman lama, atau tidak sama sekali. Yang aku tahu, untuk pertama kalinya aku bersekolah diluar kota Padang.

Ohh ternyata, syukurlah. Walaupun banyak teman yang baru pertama kali dijumpa, banyak juga yang sudah kuakrabi sekian lama. Teman TK, teman SD, atau hanya sekedar kenal karena orangtua. Alhamdulillah, kurang lebih kondisi ini dapat mengurangi kecanggunganku menghadapi 'dunia' baru.

Bagi kebanyakan manusia, tentu lebih menyenangkan bermain dan bercengkerama dengan mereka yang sudah dikenal. Begitu juga denganku. Membersamai kembali teman-teman sepermainan di masa kecil membuatku bernostalgia akan cerita-cerita yang dilewati bersama.

Apalagi bersama salah seorang teman kecilku yang hanya terpaut seminggu lebih tua dariku. Kami tidak bisa menebak sejak kapan kami saling mengenal, yang jelas, jauh sebelum kami dilahirkan kami sudah diakrabi lewat keakraban yang dibina oleh orangtua kami.

Ketika tahu aku dan dia akan mendekam di pesantren yang sama, I was so excited. Bagaimana tidak bahagia, toh aku dipertemukan lagi dengan teman yang ketika aku belum bangun saja dia sudah nongol di rumahku, ngajak main. Hahahaha..

Kebetulan rumah kami tidak begitu jauh. Sehingga pertemuan kami bisa dibilang intensif sampai kami menginjak bangku SD. Ya, kami ditakdirkan bersekolah di SD yang berbeda. Ini membuat pertemuan kami menjadi langka, apalagi setelah keluarganya pindah rumah.

Perpisahan yang cukup lama antara kami berdua cukup membuatku canggung ketika kembali bersua secara nyata di penghujung masa SD dalam sebuah kompetisi yang diadakan di sekolahnya. Dibilang nyata karena bisa jadi di tahun-tahun sebelumnya kami pernah berjumpa tapi tanpa sapa. Wallahu a'lam. Hehe..

Then, saat itu pun karena kami sama-sama canggung menghadapi keadaan yang (mungkin) sudah lama dinanti, kami tak sempat lama bercengkerama melepas rindu. Hanya sekedar pertanyaan basa-basi yang mulus keluar dari mulut kami berdua. Aduh, lucunya.. Tapi, inilah yang membuat persahabatan kami menjadi semakin menarik.

Pun ketika kami dipertemukan kembali di pesantren, aku masih canggung walau bahagia. Tapi tidak perlu waktu lama untuk kami kembali akrab seperti sedia kala. Playing and babbling around, layaknya dua sahabat kebanyakan. Saling mengingatkan dan menyemangati dalam kebaikan. Bahkan aku tertular semangat yang dimilikinya. Salah satunya, aku berhasil menghafal surat Al-Mulk karenanya~

Tapi tetap aja kalo udah liburan dan jarang ketemu, pas balik ke pesantren jadi canggung lagi. Pernah suatu hari setelah liburan, musyrifah pada manggil kami berdua. Mungkin beliau heran, "nih anak perasaan sebelum liburan akrabnya masyaAllah, nah sekarang kenapa ngga sapaan begini ya? Bertengkar kah?". Padahal kan there was no any problem~

Semakin kami tumbuh dewasa, kami semakin membuka diri untuk bersahabat dengan siapa saja (apalagi aku yang kurang cepat beradaptasi). Tentu aku juga tak ingin 'menikmati' sendiri pertemanan dengannya, karena (sepertinya) banyak juga teman-teman lain yang ingin dekat dan bersahabat dengannya.

Sejak saat itu, kami mulai berjarak. Berjarak bukan berarti tak bersahabat, bukan? Seperti yang ia ibaratkan dalam tulisannya, "Tapi seakan ruh kami benar-benar terpaut dengan nyata. Semangatku adalah semangatnya. Gundahku adalah gundahnya. Kami berbagi dalam diam. Kami akrab dalam keheningan. Tapi itu terasa nyata bagi kami. Sulit di percaya? Dan memang begitulah adanya.."

Beginilah kami. Dengan kecanggungan dan ego masing-masing, dengan gaya dan hobi yang berbeda, berhasil mengamankan persahabatan yang telah ada sebelum kami lahir. Walaupun setelah lulus dari pesantren, kami ditakdirkan berpisah kembali karena melanjutkan studi di kampus yang berbeda dengan jurusan yang sama, Psikologi. Thanks for everything~

**********

Dan hari ini, 26 Agustus 2015, tepat 22 tahun sudah kamu mengecap semua rasa dunia; manis, asam, asin (rame rasanya!). Selamat hari lahir~

May Allah grant you best life in this world and the Hereafter and bless you with a lot of His blessings and love. Dan semoga ukhuwah kita, seperti apapun bentuknya, selalu mengiring kita dalam kebaikan menuju jannah firdausNya. Barakallaaaah cha! Uhibbuki fillaah~ ^^

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Shofia Shabrina -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -