Tahukah kita?

Bahwa maksiat yang dijatuhi hukuman hudud tidak seberapa? Yang sedikit itupun dipersulit dengan syarat adanya beberapa saksi yang benar-benar melihat maksiat itu terjadi dengan mata kepala mereka sendiri.

Bahwa maksiat yang disembunyikan, akan aman selama di dunia (pastinya tak aman di akhirat jika tidak bertaubat)? Yang menyebabkan orang-orang tidak bisa sembarangan menuduh tanpa adanya saksi.

Tapi, mengapa dengan bangga kita share maksiat yang kita lakukan? Apakah karena ianya dosa kecil sehingga kita abai dengan efek yang mungkin mempengaruhi orang lain?

Kita sering menuntut orang untuk "Don't judge me!". Tapi kita lupa kalau orang hanya bisa melihat zhahir, bukan batin. Apa yang kita share, kita seolah memberitahu orang "Inilah saya".

Seolah mempersilahkan orang berasumsi tentang kita, namun melarang mereka berpendapat. Apakah sama dosa untuk maksiat yang tersembunyi dengan maksiat yang dipublikasi?

Atau mungkin anggapan kita sudah berbeda tentang perbuatan-perbuatan yang menabung dosa. Carut marut, sumpah serapah, interaksi berlebihan dengan lawan jenis, dan lainnya.

Anggap saja begitu. Tapi, coba hitung berapa pasang mata yang akan melihat foto-foto kita, membaca tulisan-tulisan kita? Dan ini juga akan menambah tabungan kita di akhirat nanti. Terpikirkankah?

Baik dan buruk itu relatif. Relatif kalau kita beragamakan budaya dan bangsa. Tapi satu dan tetap, dalam kesempurnaan Islam. Islamkah agama kita? Kalau iya, berarti sudah jelas standar kebaikan dan keburukan di mata kita.

Kebaikan adalah akhlak (perbuatan) yang baik, sedangkan dosa adalah segala hal yang mengusik jiwamu dan engkau tidak suka jika orang lain melihatnya. (HR. Muslim)

Wallahu a'lam.

*Correct me if I'm wrong
*Masih belajar

{ 3 komentar... read them below or Comment }

- Copyright © 2013 Shofia Shabrina -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -